Sunday, October 11, 2020

Drakor Class

Berawal dari ajakan dan ‘seretan’ dua orang teman, yang dulu sempat menjadi teman seatap ketika di Bandung, aku pun kembali melakukan kesukaan tulis-menulis. Suatu sejarah yang panjang sebetulnya, karena sempat terhenti di tengah jalan cukup lama. Blog yang dulu sering diisi dengan berbagai tulisan, mulai yang retjeh sampai yang curhat anonim --saking anonimnya, yang menulis pun lupa itu lagi bahas apa siapa dan kenapa-- sempat mati suri selama bertahun-tahun.

Beberapa kali aku pernah mencoba aktif lagi menulis. Saking seringnya mencoba, sampai-sampai aku sempat menamai blog ku “50 First Posts”. Tapi selalu saja ada halangannya. Intinya mah lupa aja kalau ada blog yang menanti untuk disambangi. 

Pertama kali menulis lagi ketika mengikuti tantangan menulis di akun IG 30HariBercerita tahun 2019. Ketika itu tidak penuh menulis selama 30 hari, namun salah satu postinganku di-repost oleh admin. Hoho… rasanya kaya’ jadi juara kelas! Bangga pisan euy! 


Sayangnya setelah 30HariBercerita usai, kegiatan menulis tadi tidak kulanjutkan, sampai kemudian ketemu lagi dengan tantangan 30HariBercerita di tahun 2020. Tantangan ini memang diadakan setiap awal tahun saja. Di sini malah terjadi penurunan prestasi. Semakin banyak hari bolong menulisnya, dan tidak ada satupun tulisan yang direpost.


Ketika itu aku di’seret’ oleh kak Risna untuk ikutan gabung di komunitas Kelas Literasi Ibu Profesional. Komunitas ini adalah bagian dari komunitas yang lebih besar lagi, yaitu Institut Ibu Profesional. Aku pun memutuskan untuk menuruti ajakan bergabung. Sadar diri, aku selalu butuh komunitas atau lingkungan yang membuat aku semangat buat menulis lagi. Kalau ada teman kan rasanya lebih seru gitu. 


Di KLIP ini berlaku sistem gugur. Apabila kita tidak memenuhi syarat yang sudah ditentukan, dengan jumlah postingan minimal, kemudian jumlah kata minimal, sebagai indikatornya, maka kita akan gugur sebagai peserta dan tidak bisa melanjut. Berbekal keengganan didera rasa tengsin kalau gugur, maka aku pun berusaha memenuhi syarat-syarat tersebut. Pestasi sekali rasanya, sejak Januari sama sekarang, hanya di bulan Februari aku tidak mencapai target minimal, sehingga sampai sekarang masih terdaftar sebagai peserta aktif di KLIP 2020.


Melalui komunitas KLIP aku berkenalan dengan teman-teman baru. Selain sama-sama suka menulis, kami memiliki kesamaan lain yaitu hobi menonton drama Korea. Korea Selatan pastinya, bukan Korea Utara. Kami tergabung dalam suatu grup WA bertajuk “Drakor dan Literasi”. 


Banyak pandangan miring tentang hobi menonton drakor ini. Dianggap sumber dosa lah, tidak berfaedah dan buang waktu lah, bikin kecanduan lah, dan lain sejenisnya. Sebenarnya ini masalah pilihan, dan masalah selera, jadi tidak perlu dibahas juga. Tidak akan ada titik temunya. Sama seperti membandingkan mana yang lebih enak, es cendol atau ketoprak. 


Dalam grup “Drakor dan Literasi” ini, kami tidak sekadar membicarakan kisah-kisah dalam drama dan para oppa tampan lalu menghalu bersama. Tentu saja kami pun melakukannya. Tapi yang benar saja, wanita cerdas mana yang tahan ngomongin tampang lelaki 24 jam sehari? Mungkin ada, tapi sudah jelas, itu bukan kami.


Dari grup “Drakor dan Literasi” ini aku mengenal dan banyak belajar dari wanita-wanita hebat. Wanita super yang jagoan multi tasking. Dalam kesibukan mereka bekerja, mengurus rumah tangga dan keluarga, apalagi di masa pandemi ini ketika anak-anak sekolah dari rumah dan orang tua juga bertugas sebagai guru, mereka masih punya waktu untuk menulis. Beberapa dari mereka malah sudah, baru saja, dan akan segera menerbitkan buku ataupun antologi. 


Entah dari mana para emak ini memperoleh energi ekstra. Mengurus pekerjaan dan keluarga, beberapa punya tugas menjadi admin di komunitas KLIP, tetap bisa menulis secara rutin setiap hari, bahkan bisa menghasilkan dua atau tiga tulisan dalam satu hari, plus masih menyempatkan diri menikmati drakor, yang sering kali dilakukan sambil mengerjakan tugas rumah tangga. Satu hal yang aku yakin, mereka digerakkan oleh rasa cinta. Cinta pada keluarga, suami dan anak-anak, cinta pada dunia menulis, dan cinta pada dunia drama Korea yang penuh warna.


Menjadi bagian dari komunitas KLIP, khususnya Drakor dan Literasi, aku sering kali merasa terintimidasi sekaligus terinspirasi. Aku, yang menulis masih sambil lalu dan pengabdi badge KLIP ini, merasa seperti ikan kecil di kolam besar, yang isinya banyak sekali ikan-ikan besar. Kalau biasanya ikan kecil jadi mangsa ikan besar, tapi di kolam yang ini, ikan kecil justru ‘diberi makan’ dan disemangati oleh para ikan besar. Dan sampai sekarang pun si ikan kecil ini tetap masih suka ngaso dan belum kencang berenangnya hahahaha


Aku senang sekali dan sungguh merasa terberkati bisa bertemu dan berkenalan dengan teman-teman grup Drakor dan Literasi ini. Kami berasal dari berbagai latar belakang suku, budaya, agama, dan profesi. Namun, dalam drakor, kami bersaudara #bucin_united

Dari teman komunitas, menjadi teman berbagi yang saling mendukung dalam menghadapi berbagai badai kehidupan #tssaahh


Bulan Juni yang lalu, kami membuat Tantangan Menulis 30 Topik Kokoriyaan. Topiknya macam-macam, mulai dari review film atau drama Korea, kuliner Korea, aktor/aktris dan KPop idol favorit, sampai tempat-tempat yang ingin dikunjungi apabila suatu saat berkesempatan mengunjungi negara gingseng itu. Ternyata menjadi sangat menarik, ketika satu topik bisa dibahas dari berbelas sudut pandang cerita. Topik yang sulit buat yang satu, bisa jadi diselesaikan oleh yang lain "sambil merem" hahaha


Meneruskan hobi menulis seputar kokoriyaan ini, kami pun membuat blog bersama, yang diberi nama "www.drakorclass.com". Suatu proyek bersama, dari sebuah wacana dan pembahasan melalui chatting dan sesi zooming, lalu “diseriusin” dan kemudian diwujudkan dengan kolaborasi yang luar biasa. Berbagi tugas, dan setiap orang mengambil bagian sesuai bidang keahlian masing-masing. 


Mulai dari persiapan memilih nama, menyiapkan website dan hostingnya, membuat akses bagi setiap kontributor, menyiapkan fitur, membuat logo dan desain grafis lainnya, mengumpulkan foto dan profil, menyiapkan akun email dan medsos, dan tentu saja, menulis artikel untuk postingan perdana, Tidak ada yang sungkan bertanya, dan tidak ada yang enggan membagi ilmu. Tidak ada rebutan lapak; dimana ada yang lowong, sedapat mungkin yang mampu akan membantu. Sama-sama ingin maju, dan ingin maju bersama-sama. 


Tampilan Website www.drakorclass.com



Puncaknya, pada tanggal 10 Oktober 2020, resmilah www.drakorclass.com mengudara. Situs ini adalah ‘anak’ kami bersama. Seperti orang tua pada anaknya, kami pun punya harapan besar terhadap situs ini. Tentu saja harapan harus dibarengi dengan “asupan gizi”, supaya si anak tumbuh besar, kuat dan sehat. Mudah-mudahan kami tetap bisa sehati dalam membesarkan ‘anak’ kami ini.



Para Kontributor DrakorClass.com (sumber: www.drakorclass.com)


Kata siapa nonton drakor cuman bikin halu? Buat kami, drakor adalah sarana menambah ilmu. Melalui www.drakorclass.com, kami berbagi tulisan-tulisan yang terinspirasi dari drama Korea.

Jadi, buat yang masih berpikir bahwa menonton drakor hanyalah tindakan sia-sia, tidak produktif, dan hanyalah menjadi sumber dosa, kaya’nya kamu mainnya kurang jauh. Karena kami “bucin” penuh totalitas, tanpa melupakan prioritas.

6 comments:

Rijo Tobing said...

Gileee tulisannya mengharukan bangettt!!! Aku kok kebayang k dui ngomong langsung, macam lagi siaran radio lho. Lope lope❤️❤️

Dwi Tobing said...

Wkwkwk kok jadi siaran radio pulak... πŸ˜…
Na do lope lope πŸ’œπŸ’œ

Imawati A. Wardhani said...

Dwi eonni, es cendol sama ketoprak sama2 enyaaak. Hahaha *salah fokus..

Tulisan'y uwuw sekalee 😍

Dwi Tobing said...

@imawati : justru karena sama-sama enak mb.. makanya gak perlu jadi bahasan yeekaan.. hahaha
ayo kapan kita jajan es cendol sama ketoptrak... :D
yang jadi bahan tulisan juga pada uwuu semuaah soalnyaaa <3

Asri M Lestari said...

Ya ampyuuunn. Aku terharu bacanya. Ambil tisu dulu ya...

Tulisan kak Dwi tuh selalu terasa ringan dan mengalir. Enak gitu bacanya gak terasa lompatan pokok pikiran dari setiap paragraf.

*pokok pikiraaaann.. kaya pelajaran Bahasa Indonesia aja hahaha

Dwi Tobing said...

@asri : huwawawaaa.... ambil tissue jugaakkk... #srrooott
uwuwuuu... makasi mb asri... sudah sewajarnya itu mb' asri, soalnya aku gak bisa lompat wakakakakak