Annyeong…
Hari ini adalah hari terakhir setoran Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) untuk tahun 2020. Tahun ini adalah pertama sekalinya aku ikut serta dalam komunitas KLIP. Sebelumnya aku sudah pernah mendengar tentang komunitas ini dari kk Risna, dan tahun ini, kk Risna berhasil ‘menyeret’ku untuk ikut dalam pusaran literasi ini.
Aku sudah pernah menuliskan tentang kisah perjalananku dalam menulis dalam postinganku di bulan Oktober yang lalu yang berjudul “Tantangan yang Menyenangkan”. Aku yang tadinya menulis kapan tahu, menulis karena ikutan event (itupun jarang lengkap), akhirnya memberanikan diri bergabung dengan sebuah komunitas literasi.
Dari KLIP aku belajar untuk rutin menulis. Memang buat manusia berkarakter moody kaya’ aku ini, aku membutuhkan komunitas untuk bisa tetap termotivasi. Harus ada contoh yang bikin aku terhenyak, tercubit, terpukau, terperangah, lalu belajar untuk meniru. Intinya harus ada pembanding, sehingga aku bisa mengikuti jejak teman-teman yang sudah berhasil.
Sejauh ini sistem “reward and punishment” cukup berhasil membuatku tetap menulis. Walaupun mengklaim diri sebagai pengabdi badge, tapi aku sendiri tidak mengingat jelas berapa badge warna apa yang berhasil kukumpulkan. Namun yang pasti, aku belum tereliminasi hingga hari terakhir KLIP 2020 ini. Buatku itu sungguh merupakan prestasi! (Dan kopernya bisa disimpan kembali haha)
Dari KLIP aku mengenal teman-teman yang membuat aku terintimidasi sekaligus terinspirasi. Betapa mereka produktif menulis, dengan tidak meninggalkan tugas utamanya. Dalam kesibukan mengurus keluarga dan pekerjaan, mereka tetap menyediakan waktu untuk menulis. Menulis adalah “me time” buat teman-temanku yang keren-keren ini.
Dari KLIP aku mengenal teman-teman yang ternyata memiliki kesenangan yang sama denganku, yaitu menonton drama Korea. Kegemaran menonton drama Korea, yang sering dipandang negatif bagi sebagian orang, justru membuat kami semakin produktif. Drama Korea menjadi inspirasi dan sumber ilmu yang tidak habis-habisnya. Dan semakin produktif lagi ketika kami menyatukan keimpulsifan kami dalam bentuk sebuah blog bareng bertajuk Drakor Class. Sejak blog ini mengudara tanggal 10 Oktober 2020, tak henti-hentinya aku, kami semua, belajar hal baru. Semoga saja kami bisa membesarkan ‘anak’ kami ini dengan baik dan benar.
Dari KLIP aku bertemu dengan my long lost twin, Rijo Tobing. Entah kenapa, kami sering sekali ‘dituduh’ sebagai anak kembar. Bukan hanya di masa awal, namun makin ke sini, justru makin sering sebutan mirip dan kembar ini membahana. Mulai dari tampang sampai suara. Bahkan salah satu teman di Drakor Class pernah menyangka bahwa dia sedang chat dengan Rijo ketika aku menghubunginya lewat wapri. Dan nyadarnya itu setelah percakapan berlangsung beberapa lama hahahaha
Sebutan kembar ini sungguh menguntungkan buatku, karena Rijo ini seorang novelist sementara aku seorang ‘moodist’ hihi. Aku pernah ‘dituduh’ sebagai “yang selalu menulis ribuan kata”, dan dengan senang hati aku kembali mengulang fakta bahwa itu bukan aku tapi ‘kembaran’ku. Lucunya, kehidupanku sebenarnya pernah beririsan dengan Rijo. Aku mengenal orang-orang di sekitarnya, dan Rijo mengenal orang-orang di sekitarku. Namun entah bagaimana, kami tidak pernah bertemu atau berkenalan secara langsung. Semoga saja tahun depan kami bisa bertemu raga dan makan Bebek Kaleyo bersama.
Intinya, ada banyak sekali manfaat, pengalaman, pelajaran, dan kebahagiaan yang kudapatkan ketika aku bergabung dengan KLIP. I must say, it is one of the best decisions I made this year.
Harapan tentang KLIP ke depan? Semoga saja KLIP tetap mengudara, berjaya di darat (luring) dan di udara (daring). Semoga para admin, pengurus, penggagas, penggiat dalam KLIP diberkahi dengan tenaga dan inspirasi yang tak habis-habisnya, untuk membagikan ilmu dan menularkan semangat berliterasi, menjadi saluran berkat dan kebaikan bagi lebih banyak orang.