Friday, February 16, 2024

Dewpré Aloe Pro Gel, Lidah Buaya untuk Seluruh Keluarga

 Another posting on my blog… YAY!

Segala sesuatunya berawal dengan niat, baik niat terpendam maupun niat mendadak, pokoknya diawali dengan niat. (Maka waspadalah… waspadalah!!) Tapi ya gak cukup diniatkan, harus juga dilakukan. Maka hari ini aku berhasil memaksa diriku untuk menyalakan laptop dan mulai menulis.


Kali ini aku mau cerita soal lidah yang tak bertulang, lidah buaya 😛 


Sudah sejak lama lidah buaya digunakan untuk merawat kecantikan dan kesehatan. Tanaman ini gampang tumbuh serta tidak membutuhkan banyak perawatan. Di rumah Medan, lidah buaya tumbuh subur. Secara berkala, Mami menggunakannya untuk perawatan rambut. 


Caranya mudah saja. Pilih lidah buaya yang segar, potong dan keluarkan getahnya. Bisa juga dengan membelah lidah buaya secara melintang, lalu kita gunakan bagian dagingnya yang transparan. Getah dan daging ini dapat dioleskan atau digosok-gosokkan langsung pada rambut atau wajah sebagai masker. Diamkan sekitar 15 menit, atau bisa juga semalaman (kalau betah), kemudian cuci bersih menggunakan shampo atau pencuci wajah. 


Getah dan Daging Lidah Buaya (sumber: Innalar.com)

Meskipun banyak manfaatnya, namun untuk sebagian orang penggunaan lidah buaya segar ini menimbulkan beberapa efek samping, seperti rasa gatal atau kemerahan pada kulit. Untuk menghindari hal-hal yang ganggu kaya’ begini, kamu pastikan dulu apakah kamu cocok atau alergi menggunakannya ya… Oleskan sedikit ke area belakang telinga, lalu tunggu 5 sampai 10 menit, kalau-kalau timbul reaksi alergi seperti tadi. 


Hmm… Dipotong… diambil getahnya… digosok-gosok… ‘ngecek alergi… Semacam repot, yekan??

Kalau aku mah sukanya yang segera, praktis, dan tentu saja ekonomis. Pokoknya sat-set! Jaman jigeum ada banyak brand perawatan kulit yang menawarkan produk varian aloe vera. Salah satunya dan yang paling anyar aku cobain adalah Dewpré Aloe Pro Gel.

Kenalan dulu sama Dewpré


Mungkin masih banyak kita yang belum kenal sama brand yang satu ini. Dewpré berasal dari dua kata dalam dua bahasa; dew yang dalam bahasa Inggris berarti embun, dan pré yang dalam bahasa Perancis berarti rumput. 

“Like Dew, Like Showers on New Grass”


Menggunakan bahan-bahan dari alam, Dewpré menggabungkan teknologi Korea dan Indonesia untuk mendapatkan produk yang telah disesuaikan dengan cuaca dan kulit masyarakat Indonesia. Desain dan kemasan diimpor dari Korea, namun formula diproduksi di Indonesia. 


Ditujukan untuk pemakaian masyarakat Indonesia, Dewpré selalu memastikan produk-produknya lulus semua izin yang berlaku di Indonesia, seperti BPOM, sertifikasi Halal, dan pastinya teruji secara dermatologis. 

Dewpré Aloe Pro Gel

Kemasan Dewpré Aloe Pro Gel

Produk yang ini tidak sekadar mengandung lidah buaya. Diformulasikan secara khusus dengan 92% Aloe Barbadensis Leaf Extracts, produk berbentuk gel ini juga mengandung antara lain propolis, panthenol, cica, dan sodium hyaluronate yang dapat menyejukkan, menenangkan kulit kemerahan, meningkatkan hidrasi, dan melembabkan kulit wajah serta area tubuh lainnya. 

Sesuai dengan yang tertera pada kemasan, lengkapnya produk ini terbuat dari Aloe Barbadensis Leaf Extract, Methyl Gluceth-10, 1.2 Hexanediol, Pentylene Glycol, Panthenol, Propolis Extract, Carbomer, Allantoin, Ammonium Acryloyldimethyltaurate/VP Copolymer, Potassium Hydroxide, Polyglyceryl-10 Laurate, Propanediol, Ethylhexylglycerin, Plumeria Alba Flower Oil, Water, Disodium, EDTA, Tocopherol, Butylene Glycol, Centella Asiatica Extract, Sodium Hyaluronate, Eugenia Caryophyllus (Clove) Leaf Oil, Salix Alba (Willow) Bark  Extract, Rosmarinus Officinalis (Rosemary) Leaf Water, Galactomyces Ferment Filtrate, Brassica Oleracea Italica Extract, Camellia Sinensis Leaf Extract, Glycerin, Methylpropanediol, Curcuma Longa (Turmeric) Root Extract. 


Widiihh… kurang lengkap dan alami apalagi tuuhh… Tidak hanya lidah buaya dan cica atau daun pegagan, tetapi juga menggunakan berbagai bahan alami lainnya seperti minyak daun cengkih, kulit pohon dedalu atau willow, dan ekstrak berbagai tumbuhan seperti rosemary, brokoli, daun teh hijau, dan kunyit. Natural to the max


Apa saja komposisi jagoan dari produk Dewpré yang satu ini? Yuk simak…

  1. 92 % Aloe Bardensis berfungsi melembabkan kulit, mengurangi peradangan pada kulit, dan peremajaan kulit.
  2. Propolis, memiliki manfaat menyembuhkan luka pada kulit
  3. Panthenol berfungsi mengatasi iritasi pada kulit.
  4. Cica berguna sebagai penyembuh berbagai macam masalah kulit, dapat mengatasi jerawat, dan menghindari kulit
  5. Sodium Hyaluronate, untuk mengurangi peradangan pada kulit
  6. Salix Alba Bark Extract membantu memperbaiki kondisi kulit yang rusak
  7. Galactomyces Ferment Filtrate membantu mencerahkan kulit dan memelihara Kesehatan kulit.


Dengan tekstur gel yang ringan dan sejuk, kandungan nutrisi Dewpré Aloe Pro Gel dapat menembus lapisan epidermis kulit untuk membuat kulit terasa sehat, lembut, dan kenyal. Produk ini dapat diaplikasikan untuk wajah dan juga ke seluruh tubuh.


Aku menggunakan produk ini sebagai pelembab wajah. Setiap habis cuci muka dengan Dewpré Tea Tree 5.5 Cleansing Foam, aku mengaplikasikan produk ini ke seluruh wajah, leher, dan juga bagian belakang telinga. Apalagi kalau habis beraktivitas seharian, tuh… Ketempelan gel aloe vera yang satu ini, rasanya auto sejuk dan kulit terasa moist banget! 


Kemasan Dewpré Aloe Pro Gel yang disertai segel pengaman

Kemasannya praktis dan aman, karena Dewpré selalu memastikan produk tersegel dengan baik di bagian dalamnya. Dewpré Aloe Pro Gel aman digunakan tidak hanya oleh orang dewasa, namun juga buat para remaja. Hemat banget kaaan… Tidak perlu beli seabrek produk, cukup satu Dewpré Aloe Pro Gel ini untuk melembabkan kulit orang serumah!


Harga Terjangkau dan Mudah Didapatkan

Dewpré Aloe Pro Gel dan berbagai produk Dewpré lainnya dapat dengan mudah didapatkan melalui toko resminya di berbagai marketplace.  Dengan berbagai kualitas unggulan, produk ini dibandrol dengan harga cukup terjangkau. Mumpung lagi promo nih, hayuk gaess langsung check-out aja berbagai produk andalan dari Dewpré.  


“Best ingredients with Korea beauty knowledge for Indonesian skin and weather!”

Thursday, February 8, 2024

Kenalan dengan Dewpré Tea Tree 5.5 Cleansing Foam

Dari sekian banyak anugerah yang aku punya, salah satu yang sangat aku syukuri adalah kulitku yang so-so ini. So-so dalam arti gak terlalu ‘badak’ sehingga aku masih harus ingat untuk tetap merawatnya, dan juga gak terlalu sensitif sehingga aku harus menghabiskan setidaknya 10 jam sehari untuk merawatnya. 

Salah satu efek dari ke-so-so-an ini adalah aku suka bereksperimen dengan skincare dan kosmetik dari berbagai brand. Jadi, ketika aku menang lomba reels dari Drakor Class, happy banget karena hadiahnya adalah kosmetik Multi Vita Balm dari sebuah brand lokal rasa internasional yang sudah lama bikin aku penasaran: Dewpré

Ternyata ok banget! Cocok lahir batin! Cocok di kulitku, dan kemasannya yang praktis bikin gampang buat dibawa kemana-mana. 


Jadi makin penasaran sama produk-produk Dewpré lainnya. Setelah browsing, akhirnya aku memilih dua produk Dewpré yang menurutku paling aman untuk aku coba: Tea Tree 5.5 Cleansing Foam dan Aloe Pro Gel. Kali ini, aku mau bahas cleansing foam dulu dah…

Dewpré, Brand Lokal Rasa Internasional

Selidik punya selidik, ternyata brand ini adalah diproduksi oleh PT Cosmax Indonesia. Sesuai tagline-nya “Best ingredients with Korea beauty knowledge for Indonesian skin and weather”, Dewpré menggabungkan teknologi Korea dan Indonesia untuk mendapatkan produk yang telah disesuaikan dengan cuaca dan kulit masyarakat Indonesia. Desain dan kemasan diimpor dari Korea, namun formula diproduksi di Indonesia.

Karena ditujukan untuk pemakaian masyarakat Indonesia, maka sudah tentu Dewpré memastikan produk-produknya selalu lulus pada semua izin yang berlaku di Indonesia, seperti BPOM, notifikasi Halal, dan pastinya teruji secara dermatologis. 

Dewpré Tea Tree 5.5 Cleansing Foam 

Dewpré Tea Tree 5.5 Cleansing Foam

Kenapa sih namanya Tea Tree 5.5? Karena pembersih wajah, yang tersertifikasi vegan, lulus uji BPOM dan dermatologis ini, diformulasikan dengan tea tree oil dan sesuai dengan pH kulit 5.5. 


Kesan pertama, kemasannya bagus deh! Paduan warna putih dan hijau muda yang lembut. Klasik tapi tetap menarik. Walaupun tidak menggunakan kotak sebagai kemasan luar, namun produk ini tetap aman dari kebocoran dan kontaminasi lain karena menggunakan segel di bagian dalam.  


Segel di bagian dalam memastikan aman dari kebocoran dan kontaminasi



Komposisi lengkap Dewpré Tea Tree 5.5 Cleansing Foam tertera dengan jelas pada kemasannya, dengan empat komposisi jagoan sebagai berikut:

  1. Tea Tree Oil berguna untuk mengobati jerawat, mengatasi kulit kemerahan, dan mengurangi produksi minyak berlebih

  2. Camellia Sinensis Leaf berfungsi untuk menjaga kelembaban kulit, mencerahkan kulit, dan menjaga Kesehatan kulit

  3. Glycerin, berfungsi untuk membantu pemulihan masalah pada kulit

  4. Quillaja Saponaria berfungsi mengatasi masalah kulit


Pada kemasan tercantum komposisi lengkap Dewpré Tea Tree 5.5 Cleansing Foam

Biasanya produk-produk yang mengandung tea tree oil kerap beraroma tajam dan bikin kulit berasa kesat. Tapi produk yang satu ini tidak lho… Aromanya lembut dengan tekstur gel yang ringan sehingga mudah diaplikasikan. Busanya tipis aja, gak bikin lengket dan mudah dibasuh dengan air. Setelahnya wajah terasa bersih tapi tetap lembab, jauh dari sensasi ketarik dan kaku kaya’ kanebo kering. Dan yang paling penting, gak bikin kulitku breakout!


Penggunaannya praktis, mudah, dan hemat. Cukup tuangkan sedikit ke telapak tangan, beri sedikit air lalu gosok hingga berbusa. Setelahnya aplikasikan pada wajah yang sudah dibasahi air sambil dipijat perlahan dengan gerakan memutar selama lima menit untuk hasil maksimal. 


Tekstur gel dan aroma yang lembut bikin nyaman ketika digunakan

Dengan penggunaan yang tepat dan konsisten, Dewpré Tea Tree 5.5 Cleansing Foam tidak hanya akan membersihkan kulit wajah dengan lembut, namun juga menjaga kelembabannya, serta membantu untuk menenangkan dan mengatasi berbagai permasalahan kulit.  

Harga Terjangkau dan Mudah Didapatkan

Tea Tree 5.5 Cleansing Foam dan berbagai produk Dewpré lainnya dapat dengan mudah didapatkan melalui toko resminya di berbagai marketplace.  Dengan berbagai kualitas unggulan, produk ini dibandrol dengan harga cukup terjangkau. Apalagi sekarang lagi ada promo nih, jadi capcuss langsung check-out, gaesss....  


Sunday, January 7, 2024

Odading si Bolang Baling

Malam minggu malam yang panjang. Iya benar... apalagi kalau gak kemana-mana, dan menghabiskan waktu dengan nonton film romcom di Netflix, disambung drama Korea teranyar di Prime Video, sambil ngemil kacang bali kiriman Big Ompung dari Medan. 

Belakangan ini mager maksimal kalau sudah menyangkut urusan yang menuntut usaha untuk keluar dari unit. Sama urusan yang di dalam unit aja mager, apalagi di luar, cuy! Cuaca yang gak kondusif adalah salah satu biang kerok kemageran ini. Sejak akhir Desember, Jakarta mulai akrab dengan mendung, hujan, dan, unfortunately, banjir. Menambah keriuhan ibukota yang sudah akrab sangat dengan polusi, cuaca pun ikutan menggalau. Mendung yang tidak berarti hujan, dan panas yang mendadak hujan. Galau merana bagai remaja putus cinta. 

Namun hari ini, mau gak mau harus menembus kemacetan ibukota demi kemaslahatan diri sendiri. Urusan tidak akan beres sendiri toh? 

Kelar berurusan, menjelang sore aku kembali ke tempat tinggal dengan kendaraan umum. Turunnya di halte dekat kompleks. Langit mulai gelap. Mendung. Angin semilir dingin. Kalau sudah begini, paling enak ngapain?? Yak benaarrr.. makan gorengan! 

Menjelang sore, biasanya satu persatu pedagang kaki lima sekitaran kompleks mulai membuka lapak. Jenis makanan dan dagangan yang ditawarkan cukup lengkap. Mulai gorengan sampai dimsum, bakso bakar sampai sate padang, bahkan mille crepes juga ada, lho! Hmm... mungkin nanti aku bikin tulisan tentang makanan kaki lima pinggir kompleks deh. Bisa jadi berapa artikel tuuh...

Kembali ke niat makan gorengan. 

Salah satu menu gorengan yang ditawarkan, sekaligus menjadi favoritku, adalah odading. Kue asin manis ini biasanya didagangkan sepaket dengan rekan-rekan sejawatnya, seperti cakwe, donat, dan onde-onde. 

Menurut sebuah sumber, odading sudah ada sejak jaman kolonial Belanda. Alkisah seorang anak kecil Belanda merengek minta dibelikan roti goreng yang tidak bernama. Ibunya penasaran kue apa yang diminta si anak. Lalu si ibu memanggil seorang penjaja kue keliling. Melihat roti goreng yang menjadi sumber rengekan si anak, si ibu heran lalu berkata, "O, dat ding?" yang artinya "O, benda itu?". Si penjaja kue menceritakan kejadian ini kepada orang-orang di kampung, bahwa kue yang tak bernama itu disebut odading oleh orang Belanda yang membeli dagangannya. Istilah itu menjadi populer dan terus melekat sampai sekarang. 

Kue ini sebenarnya sudah kukenal sejak aku kecil, namun di Medan sebutannya bukan odading. Istilah odading sendiri aku kenal ketika tinggal di Bandung. Di Medan kue ini disebut dengan kue bohong. Ketika kutanya, kata Mami disebut begitu karena bagian tengahnya kosong, padahal bentuknya yang besar mengesankan di dalam ada isiannya. Kue hoax dong ya... hihihi


Kue bohong, cakwe, dan rekan-rekannya (sumber: Facebook Makanmana)


Ternyata odading ini memang memiliki banyak sebutan. Disinyalir, aslinya kue ini aslinya bernama han cim piang atau han chim peng, dibawa oleh keturunan Tionghoa sampai ke Indonesia. Kalau di Medan disebut kue bohong, maka di Jakarta disebut kue bantal. Geser ke Yogyakarta, namanya ganti menjadi galundeng. Melipir dikit ke Solo, namanya ganti menjadi gembukan. Sampai di Semarang, eh namanya ganti lagi menjadi bolang-baling, yang diduga berasal dari proses penggorengan kue ini yang dilakukan dengan membolak-balik adonan. Banyak kali sebutannya, ya... KTP nya pasti nembak! 😛

Sambil berjalan menuju gerbang kompleks, mataku memindai cepat deretan lapak dagangan. Yay... ternyata lapak odading favorit sudah mulai dagang. Istimewanya si odading ini, adonannya diolah di tempat. Jadi kita bisa nontonin kang odadingnya bikin adonan, memotong-motong, mengisi, lalu menggoreng sampai jadi odading. (Ketika atraksi tukang odading menjadi menarik, disitulah kau menyadari betapa recehnya dirimu.)

Lapak odading ini sistemnya touch screen, gaes... alias kita tinggal menyentuh kaca gerobak si abang sambil menunjuk varian yang kita mau. Aku memilih odading kosongan, isi coklat, dan isi kacang hijau. Aromanya sungguh menggoda karena fresh from the wajan. Mendung dingin gini, pasti enak banget disantap dengan kopi panas. 

Mungkin bahan dasarnya sama, tapi odading yang ini tidak berbohong. Well... setidaknya tidak semua. Ada yang bohong karena kosong, tapi ada juga yang jujur karena ada isiannya. Etapi isinya dikit sih... 😜


Kue bohong isi ketan, kudapan khas Medan (sumber: Betamakan)


Walaupun tidak ada yang pakai isian, tapi ada satu varian kue bohong Medan yang tidak kutemukan di Jakarta. Kalau di Medan, ada varian kue bohong yang diisi ketan. Bukan diisikan kedalamnya sebenarnya. Mungkin lebih tepat olahan ketan dengan tepian adonan kue bohong. Ketannya terasa krenyes-krenyes karena ikut digoreng. Ini. Enak. Pakai. Banget! 

Thursday, January 4, 2024

Hidangan Tahun Baru ala Ompung Boru

SELAMAT TAHUN BARU 2024!!

Akhirnya... 
Setelah tidur musim dingin nan berkepanjangan, akhirnya hari ini blog ini tahun baruan juga... huhuy!

Aku sudah mulai ngeblog dari sejak jaman masih kuliah, sudah beberapa presiden yang lalu. Berganti alamat blog beberapa kali. Temanya sesuai mood saja, sesuai apa yang lagi terpikir demi mengejar setoran hahaha Namanya juga penulis aliran moodis 😎

Kalau dipikir-pikir, sepertinya aku mulai (semakin) jarang menulis setelah mulai mengecap dunia per-podcast-an. Podcast terasa lebih simple dan ringkes. Tinggal mangap. 

Tahun baru adalah momen untuk membuka lembaran baru, memulai babak baru. Oleh karena itu, di awal tahun ini aku mengambil langkah iman untuk kembali menulis. Semoga bisa bertahan untuk terus melangkah ya, dwi....

Pergantian tahun dirayakan dengan berbagai tradisi. Pada umumnya tradisi ini erat kaitannya dengan berkumpul. Berkumpul dengan keluarga. Berkumpul dengan orang-orang di pusat kota, memandang langit bersama. 

Aku sendiri tumbuh besar dengan sebuah tradisi pergantian tahun yang sepertinya cukup umum di keluarga Batak. Setiap tanggal 31 Desember malam, keluarga kami akan berkumpul bersama keluarga besar dari Papi di rumah Ompung. Papi adalah anak tertua dari tujuh bersaudara. Jadi kalau ngumpul, rameeee dah! 

Kami akan merapat ke rumah Ompung sekitar pukul 10 malam. Sampai di sana, Ompung Boru (Nenek) sudah menyiapkan makanan dan minuman untuk dinikmati bersama. Walaupun sudah pasti lagi mengantuk berat, mau tidak mau aku harus mengikuti komando Mami untuk ikut bantuin Ompung beberes dan menyiapkan ini itu.  

Hidangan di rumah Ompung selalu sedap. Ompung Mamak, panggilan aku dan abangku untuk nenek kami, memang jago masak. Segala-gala bisa dimasak Ompung Mamak. Khas ibu jaman dulu yang punya anak banyak, sudah pasti kreatif tak terperi. Setiap ke rumah Ompung, kami pasti menemukan makanan kecil atau kue-kue olahan Ompung Mamak, mulai dari rengginang, kerupuk udang, sampai godok-godok (ini pisang kematengan terus diolah sama tepung terus digoreng). Belum lagi berbagai menu masakan khas Batak. Just name it, she'd cooked it!

Nah, setiap momen pergantian tahun, ada satu hidangan yang selalu ada. 
Ompung akan memasak ketupat lengkap dengan rendang sapi.


Ketupat Ketan dan Rendang. Dynamite Duo! (sumber: bomanta.com)


Ketupat di Medan berbeda dengan ketupat di Jakarta atau Bandung. Di Medan, yang namanya ketupat terbuat dari ketan atau pulut kalo kata orang Medan. Hal ini baru kuketahui in a hard way ketika aku pindah ke Bandung untuk kuliah. Aku masih sangat ingat semangatnya aku ketika mendengar temanku menyediakan ketupat di rumahnya, tapi lebih ingat lagi sama kekecewaanku ketika tahu ketupatnya bukan dari ketan. Dalam hati aku mengesal, "Ini mah lontong, bukan ketupat, woi!" Hiks...

Ketupat Medan terbuat dari ketan, yang dimasak dengan santan yang kental, sehingga rasanya menjadi perpaduan antara asin, manis, dan gurih. Lihat saja resepnya (yang akan kusertakan di akhir tulisan); 1 liter kentan dimasak dengan santan dari 2 butir kelapa yang cukup tua. Kalau mau lebih mantep lagi, sebelum diolah ketan direndam dulu dalam santan dari 1 butir kelapa. Sudah, buang saja kalkulator kalori itu, juragan! 

Ketupat ketan di Medan relatif mudah ditemukan. Tidak perlu menunggu lebaran atau tahun baru, ketupat bisa ditemukan di lapak jajanan pasar.

Ketupat biasanya dikonsumsi dengan rendang sapi, tapi sebenarnya ketupat tetap enak tanpa tambahan lauk apapun.

Kembali ke kisah tahun baru di rumah Ompung. 

Menjelang pukul 12 malam, Ompung akan memulai ibadah keluarga. Ketika ibadah masih berlangsung, waktu akan berganti ditandai dengan dentang lonceng gereja yang tak jauh dari rumah Ompung. Ini sebagai perlambang bahwa kami  mengakhiri tahun yang lama dan mengawali tahun yang baru dengan penyertaan Tuhan. 

Tidak seperti keluarga Batak pada umumnya, kami tidak punya acara curhat atau 'mandokhata', yang ada adalah makan ketupat dan rendang bersama!

Tahun baru kali ini, walaupun tidak pulang ke Medan dan sendiri saja di ibukota, aku tetap melalui pergantian tahun dengan tradisi doa bersama. Tentu tidak dengan keluarga besar Tobing, tapi dengan Papi dan Mami, thanks to technology.  

Siapa tahu ada yang penasaran sama ketupat ketan ala Medan ini, berikut aku lampirkan resepnya. Tentu saja resep ini bukan hasil karyaku sendiri, tetapi aku ambil dari sini nih. Bahan-bahannya tidak banyak, cara memasaknya pun gampil. 

Bahan: 
1 ltr ketan putih
3 butir kelapa (pilih yang agak tua)
30 sarang ketupat 
secukupnya garam 
2 lbr daun pandan

  1. Cara membuat:
    1. Cuci bersih ketan dan rendam dengan air santan dari 1 butir kelapa kurang lebih 3 jam 
    2. Tiriskan beras ketan dan isikan ke sarang ketupat sampai penuh 3/4 
    3. Siapkan air santan dari 2 butir kelapa dalam 1 panci (ini kurang lebih 4 liter lah  ya...) dan taburi garam secukupnya. Masukan daun pandan yang sudah diikat simpul
    4. Setelah smua ketupat terisi masukkan ke dalam panci hingga terendam, masak hingga matang
    5. Sambil menunggu matang, tes rasa dari air santan yang belum menyusut saat direbus
    6. Ketupat yang sudah matang bisa dilihat dari bentuknya yang memadat.
    7. Kalau sudah matang, jangan lupa matikan api kompor, dan biarkan ketupat mendingin. 

Ingin mencoba dan memulai tradisi baru? Yuk!!

Sunday, December 20, 2020

KLIP 2020 dan Harapan untuk KLIP 2021

Annyeong…

Hari ini adalah hari terakhir setoran Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) untuk tahun 2020. Tahun ini adalah pertama sekalinya aku ikut serta dalam komunitas KLIP. Sebelumnya aku sudah pernah mendengar tentang komunitas ini dari kk Risna, dan tahun ini, kk Risna berhasil ‘menyeret’ku untuk ikut dalam pusaran literasi ini. 


Aku sudah pernah menuliskan tentang kisah perjalananku dalam menulis dalam postinganku di bulan Oktober yang lalu yang berjudul “Tantangan yang Menyenangkan”. Aku yang tadinya menulis kapan tahu, menulis karena ikutan event (itupun jarang lengkap), akhirnya memberanikan diri bergabung dengan sebuah komunitas literasi. 


Dari KLIP aku belajar untuk rutin menulis. Memang buat manusia berkarakter moody kaya’ aku ini, aku membutuhkan komunitas untuk bisa tetap termotivasi. Harus ada contoh yang bikin aku terhenyak, tercubit, terpukau, terperangah, lalu belajar untuk meniru. Intinya harus ada pembanding, sehingga aku bisa mengikuti jejak teman-teman yang sudah berhasil. 


Sejauh ini sistem “reward and punishment” cukup berhasil membuatku tetap menulis. Walaupun mengklaim diri sebagai pengabdi badge, tapi aku sendiri tidak mengingat jelas berapa badge warna apa yang berhasil kukumpulkan. Namun yang pasti, aku belum tereliminasi hingga hari terakhir KLIP 2020 ini. Buatku itu sungguh merupakan prestasi! (Dan kopernya bisa disimpan kembali haha)


Dari KLIP aku mengenal teman-teman yang membuat aku terintimidasi sekaligus terinspirasi. Betapa mereka produktif menulis, dengan tidak meninggalkan tugas utamanya. Dalam kesibukan mengurus keluarga dan pekerjaan, mereka tetap menyediakan waktu untuk menulis. Menulis adalah “me time” buat teman-temanku yang keren-keren ini.


Dari KLIP aku mengenal teman-teman yang ternyata memiliki kesenangan yang sama denganku, yaitu menonton drama Korea. Kegemaran menonton drama Korea, yang sering dipandang negatif bagi sebagian orang, justru membuat kami semakin produktif. Drama Korea menjadi inspirasi dan sumber ilmu yang tidak habis-habisnya. Dan semakin produktif lagi ketika kami menyatukan keimpulsifan kami dalam bentuk sebuah blog bareng bertajuk Drakor Class. Sejak blog ini mengudara tanggal 10 Oktober 2020, tak henti-hentinya aku, kami semua, belajar hal baru. Semoga saja kami bisa membesarkan ‘anak’ kami ini dengan baik dan benar. 


Dari KLIP aku bertemu dengan my long lost twin, Rijo Tobing. Entah kenapa, kami sering sekali ‘dituduh’ sebagai anak kembar. Bukan hanya di masa awal, namun makin ke sini, justru makin sering sebutan mirip dan kembar ini membahana. Mulai dari tampang sampai suara. Bahkan salah satu teman di Drakor Class pernah menyangka bahwa dia sedang chat dengan Rijo ketika aku menghubunginya lewat wapri. Dan nyadarnya itu setelah percakapan berlangsung beberapa lama hahahaha 


Sebutan kembar ini sungguh menguntungkan buatku, karena Rijo ini seorang novelist sementara aku seorang ‘moodist’ hihi. Aku pernah ‘dituduh’ sebagai “yang selalu menulis ribuan kata”, dan dengan senang hati aku kembali mengulang fakta bahwa itu bukan aku tapi ‘kembaran’ku. Lucunya, kehidupanku sebenarnya pernah beririsan dengan Rijo. Aku mengenal orang-orang di sekitarnya, dan Rijo mengenal orang-orang di sekitarku. Namun entah bagaimana, kami tidak pernah bertemu atau berkenalan secara langsung. Semoga saja tahun depan kami bisa bertemu raga dan makan Bebek Kaleyo bersama. 

 

Intinya, ada banyak sekali manfaat, pengalaman, pelajaran, dan kebahagiaan yang kudapatkan ketika aku bergabung dengan KLIP. I must say, it is one of the best decisions I made this year. 


Harapan tentang KLIP ke depan? Semoga saja KLIP tetap mengudara, berjaya di darat (luring) dan di udara (daring). Semoga para admin, pengurus, penggagas, penggiat dalam KLIP diberkahi dengan tenaga dan inspirasi yang tak habis-habisnya, untuk membagikan ilmu dan menularkan semangat berliterasi, menjadi saluran berkat dan kebaikan bagi lebih banyak orang.