Friday, September 25, 2020

Belajar dari Esther (Catatan PA Immanuel Choir - 25092020)

Hari ini adalah hari Jumat ke-4 dalam bulan September. Seperti yang sudah disepakati, hari ini aku bersama para anggota Immanuel CHoir lainnya mengadakan kebaktian Pendalaman Alkitab via zoom. Total anggota yang ‘hadir’ tadi adalah 10 orang, plus satu orang tamu yaitu Pendeta Harland Sianturi dari GPdI Batubara. Luar biasa memang teknologi ini, sehingga jarak tidak lagi jadi penghalang untuk berkomunikasi. 


Tadi sempat dibahas juga tentang sedikitnya anggota IC yang mengikuti ibadah PA via zoom ini. Sebenarnya sebagai sebuah paduan suara, tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan selama masa pandemi ini. Memang aku dan dua orang anggota Alto lainnya sempat berkumpul dan berlatih bersama. Tetapi ketika itu situasi Kota Jakarta belum seperti sekarang ini. Satu-satunya kegiatan yang bisa kami lakukan bersama-sama, dengan tetap menjaga kondisi kesehatan dan keamanan diri dan bersama, adalah dengan melakukan ibadah via zoom. Mungkin beberapa dari kami merasa ‘tidak nyaman’ karena tidak bisa langsung bertatap muka dan bersekutu. Tapi ya… menurutku kita semua tetap butuh bersekutu, tetap butuh berkomunikasi dengan teman-teman sepelayanan, dan persekutuan ini diperlukan untuk menyatukan hati setiap anggota dalam satu pelayanan. Saat ini, cara online lah yang paling efektif, sehingga kita mau tidak mau harus mulai beradaptasi. Menurutku hanya perkara sarana dan media, esensinya tetap sama, yaitu bersekutu dengan teman-teman seiman sepelayanan.


Renungan, yang dibawakan oleh Tante Esther M. Sidjabat, diambil dari Esther 2 : 1 - 18. Melalui perikop ini, kami belajar dari kisah Esther, seorang wanita biasa yang diangkat Tuhan menjadi Ratu.


sumber: Vimeo


Dari renungan tadi, ada enam hal yang dapat kita pelajari dari hidup Esther:


  1. Esther adalah seorang penurut, ia mengikuti pimpinan Roh Tuhan, dan menyiapkan hatinya untuk mengikuti apapun yang menjadi kehendak Tuhan. Demikian pula dalam kehidupan kita, hendaknya kita menjadi anak yang menurut kepada kehendak Bapa, dan menyiapkan hati kita untuk apapun yang direncanakan Tuhan terjadi dalam hidup kita. Dan yakin, bahwa Tuhan pun telah menyiapkan dan memperlengkapi kita untuk apapun yang menjadi rencanaNya atas hidup kita.


  1. Dalam perikop dikisahkan Esther dibimbing oleh Hegai. Dalam kehidupan kita, Hegai dapat kita ibaratkan sebagai Roh Kudus yang membimbing kita. Kita membutuhkan Roh Kudus sebagai penuntun dalam menjalani hidup kita.


  1. Esther memiliki kepribadian yang membuat semua orang menyayanginya. Demikian pula kita sebagai pengikut Kristus, kita harus selalu berusaha agar keberadaan kita menjadi berkat bagi orang lain. Untuk itu kita harus belajar untuk merendahkan diri dan menjadi pelayan bagi sesama, dan memohon kepada Tuhan untuk memampukan kita untuk melakukannya.


  1. Esther mengalami perkenanan Raja. Aplikasinya, kita harus berusaha agar hidup kita beroleh perkenanan Raja, yaitu Tuhan kita. Caranya dengan melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Tidak sulit, semuanya dapat kita ketahui dan pelajari dari FirmanNya. Tentang hal ini, aku teringat pada ‘khotbah’ si Abang di suatu malam ketika kami sedang berkumpul di Medan akhir tahun kemarin. Dia bilang, mengenal Tuhan itu seperti orang pacaran saja, seperti orang lagi pedekate. Kalau kita lagi pedekate, pasti kita selalu ingin tahu tentang orang itu, kalau kita terima surat dari dia, kita pasti baca berulang-ulang sampai hafal titik komanya. Kita selalu ingin bertemu, selalu ingin berbicara dengannya sampai lupa waktu. Demikian juga dengan mengenal Tuhan dan kehendakNya. Caranya adalah membaca “surat-surat”Nya berulang-ulang, berbicara denganNya, mendekat dan bergaul akrab dengan Dia. 


  1. Butuh waktu satu tahun bagi Esther untuk bersiap sebelum bertemu dengan Raja. Aplikasinya, sebelum melayani Tuhan, kita harus selalu mempersiapkan diri dan hati kita. Karena Tuhan tidak melihat apa yang kita tampilkan, namun Dia melihat hati kita ketika melakukannya. 


  1. Raja mengadakan perjamuan karena merasa bahagia dan bersukacita karena keberadaan Esther. Aplikasinya, Tuhan juga akan merasa sangat bahagia dan bersukacita apabila melihat anak-anakNya melakukan hal yang berkenan kepada Nya, sehingga Ia mencurahkan berkat-berkatNya (=pesta perjamuan) bagi dunia. Marilah kita umat Kristen dengan setia memuji menyembah Tuhan dan melakukan apa yang berkenan kepadaNya, sehingga Tuhan akan memberkati kota yang kita diami dengan berlimpah-limpah. 


Tuhan yang baik akan menjawab doa kita ketika kita menyampaikan permohonan kita dengan hati yang bersungguh-sungguh. Meskipun kita adalah manusia yang berdosa, mungkin masa lalu kita kelam, namun bila kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan, Dia akan pakai kita untuk memuliakan NamaNya.


Segelap apapun dunia ini, sekacau apapun kelakuan dan moral manusia di masa-masa ini, semenakutkan apapun masa depan itu, namun percayalah, Kemuliaan dan Kehadian Tuhan akan tetap ada di antara kita. Seperti janjiNya, Dia akan senantiasa melindungi kita. Dia akan berjalan menyertai kita, Dia tidak akan membiarkan kita, dan tidak akan meninggalkan kita.

Wednesday, September 23, 2020

Fanfic - Secuplik Stranger ala Saya

Wooohooo…. Ternyata “Challenge 30 Days with Koriya” sudah memasuki finale, sodara-sodara! Tinggal dua topik lagi, maka selesai sudah tantangan grup Drakor dan Literasi kali ini. Dan Topik ke-29 adalah “Fanfiction untuk ending drama yang dirasa agak menggantung”.

Sungguh merupakan suatu tantangan berat. Kenapa why? Karena because banyak alasan. Pertama, aku tidak bisa menulis fiksi, apakah itu cerpen, cerbung, cergam, dan segala cer lainnya. Imajinasi secukupnya, lebih terbiasa dengan visualisasi. Mungkin karena aku bukan tukang cerita yang baik dan benar ya, aku lebih cenderung menjadi pendengar. Soalnya kalau aku cerita, pasti terlalu deskriptif, sibuk menerangkan detail. Padahal pencerita mestinya bisa menyediakan ruang bagi pembacanya untuk ikut bermain.  

Kedua, aku jarang berimajinasi melanjutkan kisah-kisah drakor yang kutonton. Aku menerima mereka apa adanya hahaha Semua cerita dan karakter diterima dimaklumi dan dicoba untuk dinikmati, kecuali kalau para leadnya bermain kurang chemistry. Kalau sudah cerita no chemi… ke-bash-keun saja lah. 


Di antara momen yang sangat jarang terjadi itu, ada satu drama yang bikin aku geregetan gemas dan rasanya pengen ambil alih cerita dari writernim saat itu juga. Ok lebay. 


Drama yang kumaksud adalah Stranger (2017), yang mengisahkan perjuangan seorang jaksa, Hwang Shi Mok, dan seorang polisi wanita, Lt. Han Yeo Jin, dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Shi Mok yang tidak mampu mengekspresikan emosi secara wajar sebagai efek samping dari operasi yang dijalaninya ketika masih kecil, dan Lt. Han yang ekspresif. 


Shi Mok memiliki reaksi dan bahasa tubuh yang berbeda terhadap Lt. Han dibanding dengan orang-orang lain. Sebagaimana kisah-kisah di romcom kegemaran, aku bisa membayangkan hal itu datang dari rasa nyaman dan aman yang dirasakannya ketika bersama-sama dengan Lt. Han. 


Sampai ada satu adegan yang paling bikin gemas. Seandainya drama Stranger bergenre romance dan bukan crime, tentunya nasib sudah berkata lain. 


Peringatan : tulisan selanjutnya mengandung spoiler. 


Ceritanya pada episode ke sekian, seorang jaksa bernama Young Eun Soo ditemukan mati dengan luka akibat benda tajam di apartemen seorang saksi kunci. Malam sebelumnya, Lt. Han mengundang Eun Soo untuk datang ke apartemennya dan ikut bergabung dengan acara makan malam tim mereka. Eun Soo sebenarnya ingin sekali ikut bergabung dalam tim kerja yang diketuai oleh Shi Mok tersebut, namun apa daya, Shi Mok tak suka #apasih. 


Dari hasil penyelidikan tim ini, ternyata tersangka pembunuhnya adalah salah satu dari yang hadir di acara makan malam di apartemen Lt. Han itu. Dengan kerjasama seluruh pihak, mereka berhasil menangkap si tersangka. Namun dari hasil interogasi Shi Mok, ternyata bukan si tersangka itu pelakunya. Lt. Han tidak ikut dalam proses itu, sehingga dia tidak tahu bahwa ternyata bukan si tersangka itu yang membunuh Eun Soo. 


Malamnya, dalam perjalan pulang ke rumah, Shi Mok menelepon Lt. Han. Pembicaraan sekali itu sangat personal. Mulai dari Lt. Han yang membahas tentang keadaan si tersangka yang tampak tidak bahagia dan bercerai dengan istrinya sejak kejadian anaknya meninggal dalam kecelakaan bus. Lalu, Shi Mok bilang biasanya kalau ada sesuatu terjadi pada anak, maka orang tuanya bisa jadi akan saling membenci. Nampaknya pendapat itu datang dari pengalaman pribadi Shi Mok, soalnya ketika Lt. Han menanyakan lebih lanjut, Shi Mok tidak mau menjawabnya. 


Hal ini membuat Lt. Han membahas tentang operasi yang dialami Shi Mok dan kenapa Shi Mok tidak pernah menceritakannya. Lt. Han mengetahui penyakit Shi Mok dari dokter di RS ketika Shi Mok tiba-tiba ditemukan pingsan setelah proses autopsi Eun Soo. Kata Shi Mok, “Itu gak penting”. Tapi Lt. Han meminta kalau besok-besok sakitnya datang lagi, Shi Mok kasih tahu dia. Setidaknya dia bisa membawa Shi Mok ke rumah sakit. Dan Lt, Han cuman mau memastikan kalau malam itu Shi Mok tidak merasa sakit lagi.


Membiarkan semua kalimat Lt. Han menggantung, kemudian Shi Mok memberitahu bahwa bukan si tersangka yang membunuh Jaksa Eun Soo. Jadi Lt. Han tidak perlu merasa bersalah karena telah mengundang Eun Soo malam itu, karena itu tidak ada hubungannya. Aku yakin Shi Mok ingin memastikan Lt. Han bisa tidur tenang malam itu.  


Dan adegan itu berakhir dengan ucapan “Selamat tidur”.


Ih, gak terima!! Kebayang kan betapa personalnya pembicaraan itu. Itu udah maksimalnya Shi Mok mungkin membuka diri dan nampak rapuh di depan orang lain. Dan kelihatannya itu juga dilakukannya tanpa sadar. Sama juga dengan Lt. Han, yang biasanya tampil kuat tegas dan berani, namun malam itu bicara dengan Shi Mok dengan mata bengkak dan suara sedih. Masa’ diakhiri dengan ucapan “Selamat tidur” doang…. 


Sekali ini otakku melanjutkan sendiri adegan dengan cerita versi sendiri.


Sambil bertelepon, Shi Mok mengarahkan langkahnya ke rumah Lt. Han. Mereka terus bicara di telepon, dan ketika sampai di rumah Lt. Han, Shi Mok melihat wajah Lt. Han yang bengkak abis nangis. Kemudian mereka sama-sama menutup telepon, lalu Shi Mok menyampaikan kisah terakhir, bahwa si tersangka bukanlah pelaku pembunuhan Eun Soo, sehingga Lt. Han tidak perlu merasa bersalah. Lt. Han lalu menangis lega. Namanya Lt. Han ya… tentu saja langsung otomatis memeluk Shi Mok. Lega karena lepas dari rasa bersalah, dan lega karena Shi Mok baik-baik saja. 


Shi Mok yang tidak terbiasa menunjukkan emosi ini pun seperti biasa pasang tampang datar, namun tidak menghindar. Dengan gerakan kaku khas Shi Mok, kemudian ia menyentuh punggung Lt. Han untuk menenangkannya. Tidak menepuk-nepuk seperti yang biasa dilakukan di drama lain, karena Shi Mok masih pemula di bidang demonstrasi perasaan seperti ini.


Naah… kalau begitu adegannya, penonton jadi bisa tidur pulas malam ini. 

Wednesday, September 16, 2020

Hwang Shi Mok, Si Lempang Jaya -- Drama "Stranger" (2017)

Beberapa hari ini disibukkan dengan pekerjaan survei dan persiapan untuk proyek cukup membuat aku lupa dengan hal-hal lain. Semacam sok sibuk lah ceritanya…hehe  Persiapan pekerjaan memang selalu membutuhkan waktu dan tenaga ekstra.Persiapan, mungkin lebih tepatnya penjajagan, yang kami lakukan ini akan menjadi dasar pengambilan keputusan, apakah kami akan melanjutkan ke tahap selanjutnya, atau melepas kesempatan, atau menunda melangkah namun dengan risiko akan kehilangan kesempatan. Buat aku yang pada dasarnya adalah seorang peragu dan penakut, hal ini cukup menjadi beban pikiran selama beberapa hari terakhir. Aku merasa prosesorku kurang canggih untuk menganalisa semua data yang kudapatkan sehubungan dengan pekerjaan ini.

Saking jadi beban pikirannya, aku sampai tidak punya energi untuk menonton drama Korea “Stranger” (2017), yang mengisahkan kehidupan seorang jaksa bernama Hwang Shi Mok (Cho Seung Woo) dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Padahal, bagaikan orang pacaran yang baru jadian, aku lagi sayang-sayangnya dan kangen-kangennya sama uri Cho Seung Woo oppa yang jadi lead male di drama ini.


Poster Drama "Stranger" (2017) - sumber: IDNTimes

Hwang Shi Mok menderita sebuah penyakit dimana pendengarannya hipersensitif terhadap bunyi dengan frekuensi tertentu. Hal ini tidak hanya mengganggu kesehatan Hwang Shi Mok, tapi juga mempengaruhi kehidupan sosialnya. Shi Mok muda dianggap seperti psikopat, suka mengamuk dan memukul teman-teman di sekolah. Padahal itu dia lakukan karena tidak tahan akan sakit yang ditimbulkan ketika mendengarkan bunyi tertentu yang muncul saat itu. Akhirnya Shi Mok menjalani operasi untuk menyembuhkan penyakitnya. Efek samping dari operasi ini, Hwang Shi Mok kehilangan kemampuan untuk berempati dan bersosialisasi. 


Efek samping ini justru membuat Hwang Shi Mok mampu menjalankan tugasnya sebagai seorang jaksa dengan baik. Shi Mok fokus hanya kepada fakta, pada kebenaran dan keadilan. Shi Mok tidak mengenal dan tidak mengerti apa itu basa-basi, sugar coating, spik spik nabi. Bukan berarti Shi Mok tidak mampu bernegosiasi. Namun dia melakukannya dengan perhitungan yang logis, berdasarkan fakta (as always), dan bukan berdasarkan perasaan suka atau tidak suka atau untuk mengambil keuntungan. 


Ketika membongkar sebuah kasus yang diduga erat kaitannya dengan skandal korupsi di level pejabat-pejabat pemerintahan, Shi Mok bekerja sama dengan seorang letnan polisi wanita bernama Han Yeo Jin (Bae Doo Na). Shi Mok dan Lt. Han benar-benar tim yang kompak. Mereka memiliki cara pandang yang sama terhadap kebenaran dan keadilan. Mereka sama-sama pekerja keras, pintar, dan ahli di bidangnya masing-masing. Mereka berdua juga sama-sama ‘barang langka’ di tempat kerjanya masing-masing. Dan mereka berdua juga saling melengkapi. Hwang Shi Mok yang tidak peka ini bahkan tidak menyadari bahwa bahasa tubuhnya berbeda ketika berhadapan dengan Lt. Han. Sungguh, sebagai penonton, betapa aku sangat menahan diri untuk tidak menggigit layar laptop karena gemaasss dengan kelakuan Shi Mok yang gak sadar situasi ini.



Lt. Han dan Hwang Shi Mok - One True Couple (sumber: Dramabeans)


Karakter Hwang Shi Mok yang cool (beneran cool alias dingin) dan lempang jaya ini sungguh bikin aku kagum, gemas, penasaran, sampai kasmaran. Shi Mok tidak pernah basa-basi, tidak pernah merasa perlu memasang topeng bermuka dua dan bermulut manis. Tetapi jangan salah, sebagai seorang bawahan, Shi Mok sangat menghormati para atasannya. Dia melakukan semua perintah atasannya dan melaksanakan mandat dengan sebaik-baiknya, selama itu tidak menentang nilai-nilai kebenaran dan keadilan. 

Shi Mok bisa menyingkirkan semua hal yang menyangkut rasa, yang biasanya akan mendistorsi logika. Hal yang mungkin dianggap sebagai kekurangan dan telah membuat Shi Mok dijauhi bahkan dibenci banyak orang, justru membuat Shi Mok berhasil membongkar dan menyelesaikan banyak kasus kejahatan. Dia tidak peduli apakah dia punya teman atau tidak, apakah orang senang padanya atau tidak. Itu tidak penting. Justru dia menikmati kesendiriannya. “Kekurangan” itu membuat Shi Mok mampu menganalisa banyak hal yang diamatinya, karena dia tidak sibuk memikirkan hal lain yang tidak ada hubungannya dengan kasus tersebut. 


Walaupun sepertinya hidup Shi Mok sepi dan menyedihkan, tetapi ada saatnya aku ingin bisa seperti Shi Mok. Apa adanya, tidak butuh menyenangkan siapapun atau menjaga-jaga perasaan siapapun, semua berdasarkan logika, mampu menganalisa data dan fakta dan menemukan korelasinya. Karena pada dasarnya, kebenaran itu membebaskan. 


Bukan hanya karakter yang diperankannya yang bikin aku jatuh cinta pada Cho Seung Woo, tetapi juga kemampuan aktingnya. Dari potongan-potongan behind the scene yang kutemukan di YouTube, dan juga interview pada beberapa talk show, Cho Seung Woo punya karakter yang rame dan ceria. Namun dia mampu memerankan Shi Mok yang tampangnya datar senantiasa. Mungkin setiap kali sutradara berteriak “CUT!”, maka Seung Woo langsung ngakak untuk melemaskan otot-otot wajahnya dan menyalurkan energi berlebih dalam tubuhnya. 


CUT!! Maka keluar lah aslinya (sumber: pinterest)

Buat aku yang pecandu romansa ini, kisah di drama “Stranger” ini menyuguhkan sebuah romansa dalam bentuk yang berbeda. Cho Seung Woo mampu menampilkan karakter seorang Shi Mok yang tidak sadar bahwa dia punya reaksi dan bahasa tubuh yang berbeda terhadap Lt. Han. Biasanya Shi Mok akan menghindar atau menepis atau menunjukkan tidak suka bila disentuh orang lain, tetapi hal ini tidak berlaku dengan Lt. Han. Bahkan dia membalas ajakan fist bump dari Lt. Han. Bagaimana Shi Mok menelepon Lt. Han untuk menyampaikan apa penyebab kolega mereka dibunuh dan itu bukan karena Lt. Han, sehingga dia tidak perlu merasa bersalah. 


Hwang Shi Mok's First Smile... Uwuwuwuuu (sumber: Dramabeans)


Kalau di drama romcom biasanya puncaknya adalah first kiss, maka di drama ini, puncaknya adalah “first smile”. Dan senyum Hwang Shi Mok yang sungguh langka itu bisa terjadi oleh karena seorang Lt. Han. Gemasss!!


Sunday, September 13, 2020

Balada Lontong Sayur

Salah satu makanan khas Medan yang menjadi favoritku adalah lontong sayur. Sajian ini sering menjadi menu istimewa di setiap Hari Raya, baik Lebaran, maupun Natal atau Tahun Baru. Yang namanya “sajian istimewa” biasanya hanya kita temui di hari-hari tertentu. Judulnya saja istimewa. Tapi tidak halnya dengan menu yang satu ini. Di Medan, sajian lontong sayur ini biasa dinikmati sehari-hari sebagai sarapan pagi. Selain lontong sayur, lapak yang sama biasanya akan menyediakan nasi gurih dan nasi putih beserta lauknya, seperti telur balado, telur dadar, ayam dan ikan goreng. Ada juga menu khas lain, yang kalau di Jakarta biasanya jadi cemilan, tapi di Medan menjadi menu sarapan pagi, yaitu lupis dan cenil berbalur kelapa parut dan siraman gula merah yang kental, dan ketan pisang goreng. Mungkin karena orang Medan doyan sekali makan menu yang satu ini, sekarang semakin banyak pedagang makanan yang menyediakan lontong sayur dan berbagai menu sarapan tadi pada malam hari. Sebutannya, Lontong Malam. Seru gak tuh… breakfast for dinner!

Di segala penjuru kota Medan, lapak-lapak pedagang lontong sayur ini gampang kita temukan. Kalau istilah orang Medan, “berserak”. Di sekitar rumahku saja, dalam radius 200 meter, ada setidaknya tiga lapak pedagang lontong sayur. Satu di seberang Lapangan Gajah Mada, satu di Jl. Sei Mencirim, satu lagi di dalam Pasar Peringgan. Bergeser sedikit lagi, minimal ada dua lapak lontong sayur lagi yang akan kita temukan. Sebenar-benarnya “berserak”.

Yang khas dari lontong sayur ala Medan ini adalah rasanya yang begitu kaya. Biasanya menu ini terdiri dari lontong (tentu saja) yang terbuat dari beras, kuah lodeh yang bersantan, bihun goreng, teri kacang, keripik kentang, serundeng, tauco, dan kadang-kadang ditambah dengan bumbu rendang. Sering juga ditambah dengan lauk berupa telur balado, perkedel kentang, ayam goreng, atau rendang. Kolaborasi berbagai bahan tadi lah yang membuat lontong sayur Medan menjadi lebih gurih dan lebih sedap dibandingkan lontong sayur daerah lainnya. 


Ada banyak sekali lapak lontong sayur yang terkenal di Medan, dan sering menjadi rekomendasi berbagai situs kuliner. Antara lain Lontong Kak Lin (update terakhir, sejak pandemi warung ini tidak dagang lagi), Lontong Bang Iwan, dan Lontong Warintek, Semua sudah pernah kucoba. Namun yang menjadi favoritku adalah Lontong Nenek, yang lapaknya di Pasar Peringgan, Kuahnya tidak terlalu kental, campurannya tidak terlalu banyak, jadi rasanya tidak terlalu ‘heboh’ namun tetap gurih dan khas. 


Selama merantau di ibukota, praktis aku tidak pernah lagi sarapan lontong sayur. Menu ini menjadi benar-benar istimewa buatku. Selama sembilan bulan terakhir, aku menikmati menu kesukaan ini hanya tiga kali. Beberapa kali aku melihat-lihat di menu GoFood, kira-kira dimana lapak lontong sayur Medan. Ternyata letaknya jauh dari kostku, dan kalaupun ada, fotonya tidak terlihat meyakinkan. 


Hari ini, setelah kebaktian online dan beberes kamar, aku keluar rumah untuk belanja beberapa kebutuhan seperti telur, roti, dan sabun cuci piring. Rencananya juga mau singgah di apotek untuk membeli vitamin. Ketika menuju apotek, aku memperhatikan sebuah restoran kecil bernama "Food Court Benhil 701" dengan spanduk besar di depannya “MASAKAN KHAS MELAYU DELI. SEDIA LONTONG SAYUR MEDAN, NASI SOTO AYAM, LUPIS, MIE REBUS”. 


Langkahku terhenti. Dengan mata berbinar, rasanya bahagia sekali membacanya. Siapa sangka, ternyata tidak jauh dari kost, ada yang jual lontong sayur Medan. Kebetulan tadi siang aku hanya memakan beberapa potong brownies, masih terhitung sarapan. Dengan langkah semangat aku masuk ke restoran tadi untuk makan siang. Wah, mereka memang menyediakan berbagai masakan khas Medan. Sungguh ingin aku pesan semuanya! Tapi akhirnya kupilih satu menu yang memang sudah lama aku idamkan, lontong sayur.



Lontong Sayur Idaman (dok.pribadi)


Rasanya sungguh tidak mengecewakan. Benar-benar lontong sayur Medan lengkap dengan aksesorisnya. Aku menikmati suap demi suap dengan penuh penghayatan, sampai habis tak bersisa. Nikmat tak terkata. Seperti pepatah Batak, “Tombus do na mangaranto i!”

Saturday, September 12, 2020

Beda Tangan Beda Rasa

Dalam keluarga intiku, yaitu Papi Mami Abang Kakak Ipar dan Ponakan, hampir semua bisa masak, kecuali ponakanku. Dan di antara kami berlima, aku lah yang paling jarang memasak. Jatahku adalah mencuci piring dan wajan. Yaa, sesekali kalau para chef lagi malas masuk dapur, maka tibalah giliranku untuk memasak mie instan buat kami serumah. 

Sebagaimana keterampilan lain, memasak pun ala bisa karena biasa. Memasak merupakan olah rasa. Semakin sering kita  mempraktekkannya, semakin peka lah perasaan kita terhadap masakan tersebut. Oleh sebab itu, sering sekali resep-resep masakan, yang mana biasanya ditulis oleh orang-orang yang sering dan jago masak, takaran bahan bumbu sering memakai satuan “secukupnya” atau “sesuai selera”. 

Selama merantau ke ibukota, masakan rumah adalah satu hal yang aku paling rindukan. Ada banyak menu favoritku. Semur ayam, ikan mas arsik, daging kecap, sambel goreng ati, nasi goreng, bahkan ayam goreng masakan Mami. Ayam goreng masakan mami itu cuman dimarinasi asam dan garam, lalu digoreng. Disantap panas-panas bersama nasi putih, sambal kecap, dan telur dadar. Ohmagaaa…


Sabtu yang lalu, aku sudah belanja di tukang sayur langganan. Sehari sebelumnya aku memesan ikan nila dan ayam satu ekor. Ditambah lagi sayuran dan bumbu, maka sebenarnya kulkas penuh dengan bahan makanan. Tapi sudah seminggu ini aku hilang minat untuk memasak. Lihat kompor saja malas, apalagi membayangkan harus mengupas bawang, mencuci berbagai wajan piring dan perabotan lain, dan membuang sampahnya ke tempat sampah besar di depan kost. itu hanya demi seporsi dua porsi makanan. Jadi aku lebih memilih makan gado-gado di dekat kantor untuk makan siang, atau nungguin tukang sate atau nasi goreng buat makan malam. 


Namun hari ini, aku ‘kesambet’ jadi semangat masak. Mumpung lagi kesambet, sekalian aja lah dimasak semua ayam yang seekor itu. Biar sekalian kupas bawang dan giling bumbunya. Kebetulan aku lagi kangen sama ayam semur buatan Mami. Sebelum masak, aku menelpon Mami dulu untuk konsultasi resep dan cara memasaknya. Seperti biasa, Mami memulai tutorialnya dengan kalimat, “Gampang kali itu masaknya…. “ Ok baique.


Setelah mendapatkan resep ayam semur dari Mami, aku pun mempersiapkan bahan-bahan. Atas nasihat teman seperdrakoran ku yang bijaksana, yaitu “mumpung lagi semangat, masak aja semua ayam yang seekor itu”, aku juga berencana memasak ayam ungkep. Jadi ayam yang satu ekor itu aku bagi dua, masing-masing lima potong. Aku mulai memasak sekitar pukul satu, dan sekitar pukul tiga, semuanya sudah hampir matang. 


Ketika mencicipi semur, rasanya berbeda dengan yang kuingat. Aku pun mengadu pada Mami, “kok beda sih??” Jawab Mami, “Beda tangan ya beda rasa”. Hiks.


Ayam Semur, ditambah "lauk" telur, tahu, dan kentang (dok.pribadi)

Rebusan Ayam Ungkep (dok.pribadi)

Setelah mendingin, semur dan ayam ungkep tadi kumasukkan ke dalam wadah bertutup, lalu masuk kulkas. Besok-besok tinggal menghangatkan atau menggoreng saja.


Pertanyaan berikutnya muncul. Malam ini makan apa? Rasanya sudah ‘kenyang’ menghirup aroma semur dan bumbu ungkep seharian. Tapi kalau makan mie instan, rasanya kok “lame” banget ya…


Sambil mencuci piring dan wajan, aku mendapatkan ide ketika menyaring air rebusan ayam ungkep. Ketika kucicipi, air rebusan itu rasanya mirip kuah soto. Aku jadi ingat, aku masih punya mie raja atau ong te mie, yang dikirim Papi dari Medan. Sambil memanaskan kuah, aku bongkar kulkas, lihat sayuran mana yang sudah hampir "expired". Ternyata masih ada lettuce. Bagian luarnya sudah mulai membusuk, namun sebagian besar bagian dalamnya masih sangat bagus. Maka langsung saja kubuang bagian yang busuk, sisanya kucuci lalu dipotong-potong.


Mie Kuah Soto, Dengan Ayam, Telur, dan Potongan Lettuce (dok.pribadi)

Maka malam ini, aku makan soto mie, dengan daging ayam dan telur, dan potongan lettuce. Ketika kucoba, rasanya agak asin. Aku teringat gaya Hwang Shi Mok Geomsa di drama Stranger, yang selalu menambahkan sedikit air putih ke dalam mie kuahnya yang keasinan. Hmm... kucoba, dan ...... berhasil!! Meogja! 


Friday, September 11, 2020

Kepemimpinan Musa (Catatan PA Immanuel Choir)

Seperti biasa, setiap Jumat kedua dan keempat setiap bulan, Immanuel Choir mengadakan PA bersama. Yang membawakan renungan kali ini adalah Bang Agus Simorangkir. Tema kali ini adalah Kepemimpinan. Dan pada PA kali ini, kami belajar tentang teladan dari kepemimpinan Musa, berdasarkan perikop Keluaran 18 : 12 - 27.


Pengangkatan hakim-hakim

18:13 Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang. 

18:14 Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?" 

18:15 Kata Musa kepada mertuanya itu: "Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk  Allah. 

18:16 Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan  dan keputusan-keputusan Allah." 

18:17 Tetapi mertua Musa menjawabnya: "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu. 

18:18 Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri  saja. 

18:19 Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah. 

18:20 Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan,  dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani,  dan pekerjaan yang harus dilakukan.   

18:21 Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut  akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap;   tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. 

18:22 Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya. 

18:23 Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas senang ke tempatnya." 

18:24 Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya. 

18:25 Dari seluruh orang Israel Musa memilih orang-orang cakap dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. 

18:26 Mereka ini mengadili di antara bangsa itu sewaktu-waktu; perkara-perkara yang sukar dihadapkan mereka kepada Musa, tetapi perkara-perkara yang kecil diadili mereka sendiri. 

18:27 Kemudian Musa membiarkan mertuanya itu pergi dan ia pulang ke negerinya. 



Musa mengalami tiga fase dalam hidupnya. Selama 40 tahun pertama, Musa adalah anak istana. Musa diselamatkan dari Sungai Nil, dan diangkat menjadi anak oleh putri Firaun. Musa dibesarkan dan mendapatkan pendidikan selayaknya seorang bangsawan Mesir. 


Kemudian Musa melarikan diri dari Mesir. Hal itu menandai awal 40 tahun kedua dari hidupnya, yaitu Musa sebagai Gembala. Selama menjadi gembala, Musa belajar kehidupan di gurun. Musa belajar menjadi gembala yang memimpin ternak, menjaga ternak dari perampok dan binatang liar. 


40 tahun ketiga adalah Musa sebagai Pemimpin. Musa kembali ke tanah Mesir, lalu bernegosiasi dengan Firaun, dan akhirnya memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah yang dijanjikan oleh Tuhan.


Dari tiga tahap tersebut, kita bisa melihat bahwa Tuhan telah mempersiapkan Musa sebagai pemimpin bahkan sejak dari dalam kandungan. Tuhan menyiapkan Musa di tempat yang “baik dan nyaman”, sehingga Musa mengecap pendidikan yang baik. Tuhan juga menyiapkan Musa di tempat yang “keras dan tidak nyaman”, sehingga Musa belajar mengenal kehidupan di luar istana, belajar menjadi gembala. 


Dari kepemimpinan Musa, kita belajar beberapa hal, antara lain:

  1. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk melihat situasi. Mampu bertindak lembut, maupun keras.  

  2. Seorang pemimpin harus membangun dan memiliki komunikasi yang intens dengan atasan dan orang-orang yang dipimpinnya. 

  3. Seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas, dan mampu menyampaikan visi itu kepada orang-orang yang dipimpinnya. 

  4. Seorang pemimpin harus menyiapkan seorang penerus untuk melanjutkan kepemimpinannya.

  5. Seorang pemimpin harus terus belajar, sehingga dia tetap memerlukan seorang “coach”, yang memberikan evaluasi kepada pemimpin tersebut, supaya ia dapat memimpin dengan lebih baik dan lebih efektif. Dalam perikop ini, Musa menerima evaluasi dari mertuanya, Yitro, yang adalah seorang imam. 

  6. Seorang pemimpin harus tetap menjaga hubungan dan komunikasi yang erat dengan Tuhan, yang telah memberikannya mandat sebagai pemimpin. Seperti Musa yang selalu berbicara dengan Tuhan, dan dengan imannya mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan.

  7. Kemampuan seorang memimpin tidak ditentukan oleh kemampuannya berbicara (public speaking), karena Musa sering sekali mengatakan bahwa ia tidak cakap dalam berbicara, lidahnya kelu. Namun yang paling utama adalah kemampuan seseorang menjaga integritasnya. Selain cakap, maka seorang pemimpin haruslah takut akan Tuhan, dapat dipercaya, dan benci terhadap suap.


Setiap orang pasti diberi karunia atau panggilan memimpin. Namun, sebagaimana halnya semua talenta yang diberikan Tuhan, kadarnya berbeda bagi setiap orang. Ada orang yang diberi panggilan untuk memimpin sepuluh orang, ada yang diberi panggilan memimpin ribuan orang, atau bahkan sebuah bangsa. Apapun talenta kita yang diberikan Tuhan dalam memimpin, kita harus melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Kita tidak perlu iri dengan orang yang mendapatkan talenta lebih banyak. Namun, apa yang dipercayakan Tuhan, itulah yang kita pertanggungjawabkan. Dan karena setiap pemimpin adalah orang-orang pilihan Tuhan, hendaklah kita selalu hormat dan menghargai pemimpin kita. 


Posisi sebagai pemimpin memungkinkan kita untuk menolong banyak orang. Tapi seringkali kita mengalami hal yang tidak enak, yaitu ketika orang yang kita bantu kemudian menganggap kita ‘angin lalu’ setelah apa yang dia butuhkan diperolehnya. Wajar bila kita kecewa atau sedih, namanya juga manusia. Namun kita harus kembalikan motivasi dan hati kita. Kita bekerja dan melayani tujuannya untuk menyenangkan hati Tuhan, mengucap syukur kepada Tuhan atas talenta dan karunia yang Dia berikan. Bukan untuk mendapatkan hormat dari manusia. Dengan kata lain, kita tidak perlu mengharapkan “terima kasih” apabila kita melakukan apa yang sudah menjadi kewajiban kita. 


Apapun yang kita alami, apapun yang dilakukan orang lain kepada kita, tetaplah kita yakin dan percaya, bahwa Tuhan akan tetap memelihara hidup kita.


Monday, September 7, 2020

Serupa Tapi Tak Sama

Penulis drama Korea pada umumnya punya kreatifitas tanpa batas. Apa aja bisa dijadikan cerita. Tokoh-tokohnya bisa datang dari berbagai latar belakang pekerjaan, bangsa, dan budaya. Bahkan bisa juga datang dari planet lain atau dunia lain. Dunia paralel, bersinggungan, sampai tegak lurus pun bisa mereka ciptakan. 

Selain itu, industri perfilman Korea Selatan juga sangat produktif. Bahkan di masa pandemi ini, bisa dikatakan setiap bulan selalu ada judul drama baru yang tayang. Dalam setahun, bisa ada puluhan drama baru yang diproduksi. Jadi wajar saja, walaupun para writernim itu sungguh kreatif, tetap saja ada banyak drama-drama Korea yang memiliki kesamaan atau kemiripan tema, 

Belum banyak koleksi drama Korea yang kutonton sejak 2019. Ya namanya juga penonton (dan penulis) un-ambisius. Binge watching cuman mampu dijabanin weekend, dari pagi sampai sore. Itu pun kalau lagi mood. Sudah lewat lah masa-masa berjaya ketika raga masih mampu binge watching 2 x 24 jam. Sekarang, binge watching pangkal kapal oleng dan masuk angin. Dari koleksi yang sedikit itu, ada dua drama yang memiliki tema serupa, yaitu “Her Private Life” (2019) dan “What’s Wrong With Secretary Kim?” (2018) Kebetulan yang menjadi lead female dalam kedua drama tersebut adalah aktris yang sama, Park Min Young.


Poster Drama "Her Private Life" dan "What's Wrong With Secretary Kim?"
(sumber: Wikipedia)


Drama HPL dan WWWSK sama-sama bergenre romance comedy. Untuk seorang romance junkie, menonton kedua drama ini sungguh memuaskan jiwa, karena bergelimang kisah kasih asmara. 


Keduanya mengisahkan hubungan asmara antara rekan sekerja, yang akibat pekerjaan membuat mereka sering bersama-sama kemudian jatuh cinta. Pada HPL, Ryan Gold (Kim Jae Wook) adalah manajer sebuah galeri seni, dan Deok Mi adalah kuratornya. Sedang pada WWWSK, Lee Young Joon (Park Seo Joon) adalah Vice President dari sebuah perusahaan besar, dan Kim Mi So adalah sekretarisnya. Tidak hanya tokoh utamanya, rekan-rekan sekerja mereka yang lain juga terlibat kisah asmara, yang menjadi pemanis dalam kedua drama. 


Para tokoh utama dalam kedua drama sama-sama mengalami trauma masa kecil, yang terus terbawa hingga mereka dewasa. Ryan kecil tidak bisa mengingat wajah ibu kandungnya. Ia hanya bisa merasakan sesuatu yang magis, sesuatu dari ingatan masa kecilnya, ketika melihat lukisan karya Lee Sol. Deok Mi mengalami trauma akibat kecelakaan di masa kecil yang merenggut nyawa adiknya. Akibatnya, secara tidak sadar Deok Mi menghapus masa sebelum kecelakaan itu dari memorinya, sehingga Deok Mi tidak ingat kalau dia pernah punya seorang adik. 


Young Joon dan Mi So kecil sama-sama menjadi korban penculikan dari seorang wanita jahat. Selama mereka disekap, Young Joon selalu menghibur dan melindungi Mi So. Ketika dewasa, mereka sama-sama mengalami trauma. Young Joon yang ‘phobia’ dengan sentuhan, dan Mi So yang phobia laba-laba.  


Pertemuan mereka di masa dewasa pada akhirnya mengembalikan memori dan melengkapi potongan-potongan puzzle yang hilang dalam hidup mereka. Mereka mampu menghadapinya karena mereka sudah punya teman untuk berbagi. Intinya, mereka saling menyembuhkan.


Walaupun WWWSK telah lebih dahulu tayang, namun aku lebih dahulu menonton HPL, lalu terserang dejavu parah, lalu jatuh cinta ‘malabab’ sama Kim Jae Wook. Mungkin kalau kondisinya dibalik, bisa jadi ngebucinnya jadi ke Park Seo Joon yak.. haha Ah tapi nggak juga.. Memang banyak persamaan antara kedua drama tadi, tapi tetap saja, yang serupa itu pasti tidak sama. 


Pada kedua drama ini, para tokoh utamanya adalah teman masa kecil. Ini salah satu ke-klise-an yang paling sering ditemukan dalam drama Korea. Bedanya, di WWWSK, Young Joon sudah mengenali Mi So sejak awal. Bahkan Young Joon memang dengan sengaja melacak keberadaan Mi So. Ketika Mi So melamar ke salah satu perusahaan milik keluarga Young Joon, ia malah diminta untuk menjadi sekretaris Vice President, padahal Mi So tidak punya pendidikan dan pengalaman yang sesuai. Mula-mula Mi So kesulitan menjalankan tugasnya, tapi kalimat Young Joon di masa awal yang berat itu membuat Mi So termotivasi, Mi So terus belajar dan berusaha, sehingga akhirnya ia berhasil menjadi sekretaris yang diandalkan penuh oleh Young Joon. 


Sementara pada drama HPL, Ryan Gold dan Deok Mi pada mulanya ‘bermusuhan’. Ketika pemilik galeri meletakkan jabatan sebagai manajer, Deok Mi berharap dia lah yang mendapatkan posisi itu. Ternyata pemilik malah merekrut seorang seniman dari Amerika. Di masa awal, mereka sempat berselisih paham sampai-sampai Ryan memecat Deok Mi. Sadar dia membutuhkan keahlian Deok Mi, Ryan pun membujuk Deok Mi untuk bekerja kembali di galeri. Kemudian karena kepentingan pekerjaan, Ryan dan Deok Mi pura-pura menjadi pasangan, dan akhirnya mereka benar-benar saling jatuh cinta, dan tidak mau lagi pura-pura, tapi menjadi pasangan beneran. Setelah mereka menjadi pasangan, barulah mereka tahu bahwa sebenarnya mereka adalah teman masa kecil. Yang duluan menyadari justru orang-orang di sekitar mereka, yaitu orang tua Deok Mi dan Eun Gi, “kembaran” Deok Mi.   


Ternyata dari tema yang serupa, detail penyajiannya bisa berjuta rupa. Walaupun kisahnya dibelokkan ke kiri lalu ke kanan lalu putar balik kemudian lurus, yang namanya kisah cinta wajib harus mesti bikin bahagia. 


Saturday, September 5, 2020

"The Good Detective" (2020)

Beberapa bulan ini aku lagi senang-senangnya menonton drama Korea yang sedang tayang (on-going). Tantangannya semakin besar, karena beberapa drama ditunda penayangannya karena kasus pandemi maupun bencana badai. Drama “Was It Love” (2020) sempat tertunda penayangan episode 15 selama satu hari, dan episode 16 selama seminggu. Drama “Do Do Sol Sol La La Sol” yang pemeran utamanya adalah Lee Jae Wook, ditunda penayangannya, dan sampai sekarang masih belum jelas jadwal barunya. Tapi ya… sebagai penonton drakor on-going, di situ lah engkau diuji, ya kan? #ujian_hidup_kok_jadwal_drakor


Setelah berhasil menyelesaikan drama “Train” (2020), yang adalah drama crime thriller pertama yang kutonton secara lengkap, aku melanjutkan dengan “The Good Detective” (2020). Drama ini juga bergenre crime thriller, tetapi tidak pakai fantasi dunia paralel dunia tertukar ataupun dunia terbalik. Sebenarnya drama “The Good Detective” ini sudah tayang beberapa hari sebelum “Train”. Ketika menonton “Train”, sambilan aku men-download episode “The Good Detective”. Ceritanya di’tabung’, sehingga ketika selesai drama yang satu, aku bisa langsung melanjut ke drama yang lain. Cerdas bukan? Ah, tidak juga.


Poster Drama "The Good Detective" (sumber: Wikipedia)

Drama “The Good Detective” mengisahkan seorang polisi detektif senior, Kang Do Chang (Son Hyun Joo) bersama partnernya, Oh Ji Hyeok (Jang Seung Jo) dan rekan-rekan mereka dalam Violent Crimes Team 2, yang bertugas di Kantor Polisi West Incheon. Mereka berusaha membongkar sebuah kasus pembunuhan seorang wanita dan seorang polisi detektif, yang terjadi lima tahun yang lalu. Ketika itu Kang Do Chang menjadi penyelidik utamanya. Tersangka dalam kasus itu, Lee Dae Chul, mengaku tidak bersalah dan tidak pernah membunuh siapapun. Namun, dari hasil penyelidikan dan bukti-bukti yang dihadirkan dalam persidangan, Lee Dae Chul (Jo Jae Yun) dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati. 

Menjelang jadwal pelaksanaan hukuman mati tersebut, seorang pria datang ke Kantor Polisi West Incheon, mengaku telah melakukan pembunuhan terhadap seorang wanita remaja, yang adalah putri dari Lee Dae Chul. Ketika menyelidiki pengakuan pria tersebut, para detektif menemukan bahwa putri Lee Dae Chul masih hidup. Pengakuan itu hanyalah rekayasa si pria dan putri Lee Dae Chul. Tujuan mereka adalah untuk mendapatkan perhatian media, sehingga mereka bisa mendesak polisi untuk melakukan penyelidikan ulang terhadap Lee Dae Chul, yang mereka yakini tidak bersalah. Sayangnya, pria tersebut kemudian ditemukan meninggal akibat jatuh dari sebuah gedung, sebelum sempat memberitahukan kepada polisi siapa pembunuh yang sebenarnya.


Bersamaan dengan itu, seorang mantan pejabat pemerintahan, Kim Ki Tae, juga memberikan pertanyaan kepada  Jin Seo Kyung (Lee Elijah), seorang jurnalis dari Junghan Daily, bahwa Lee Dae Chul memang tidak bersalah. Kim Ki Tae ikut terlibat dalam kasus Lee Dae Chul lima tahun yang lalu, dan sekarang mendekam di penjara akibat perkara korupsi yang dibongkar oleh Jin Seo Kyung. 


Kemudian Kang Do Chang menerima sebuah rekaman CCTV yang bisa menjadi bukti bahwa Lee Dae Chul tidak melakukan pembunuhan yang dituduhkan kepadanya. Pada saat yang sama, Jin Seo Kyung juga menerima rekaman tersebut. Kang Do Chang, Oh Ji Hyeok, dan Jin Seo Kyung kemudian bekerjasama untuk memecahkan kasus Lee Dae Chul.


Dalam penyelidikannya, Kang Do Chang dan Oh Ji Hyeok tadinya tidak ingin melibatkan rekan-rekan mereka dalam Team 2, karena kasus ini cukup sensitif, dan melibatkan beberapa pejabat tinggi pemerintahan. Namun, mereka adalah tim yang solid, dan seluruh anggota tim sangat menghormati Kang Do Chang, walaupun Do Chang bukan team leader mereka. Seluruh tim pun ikut terlibat dalam penyelidikan itu. Akibatnya, mereka sempat menjadi bulan-bulanan Internal Affair, yang mengulik-ulik kehidupan pribadi mereka. Tidak hanya Team 2, bahkan Kepala Polisi West Incheon pun terpaksa (dipaksa?) mundur akibat kasus ini.


Drama ini menarik karena tidak hanya menceritakan kasus kriminal belaka. Drama ini juga menceritakan kehidupan pribadi para karakternya, nilai-nilai kekeluargaan diantara para anggota polisi, sehingga terasa lebih hangat daripada drama “crime thriller” pada umumnya. 



Lima Tokoh Utama Dalam Drama "The Good Detective" (sumber: woke.id)


West Incheon Violent Crimes Team 2 (sumber: Soompi)


Kang Do Chang berusaha mendapatkan kenaikan pangkat, sebab di antara teman-teman seangkatannya, hanya dia lah yang belum mendapatkan kenaikan pangkat. Selain itu, Kang Do Chang juga menjadi tulang punggung keluarga. Walaupun tidak hidup berlebihan, Kang Do Chang merasa bertanggung jawab terhadap putri Lee Dae Chul, dan menampungnya tinggal di rumahnya. Kang Do Chang hidup bersama adik perempuannya, Kang Eun Hee. Kang Eun Hee bercerai dan mantan suaminya tidak mengizinkannya untuk bertemu dengan putra tunggal mereka. Awalnya Kang Eun Hee tidak suka dengan putri Lee Dae Chul. Namun akhirnya mereka menjadi dekat karena disatukan perasaan kehilangan akan orang yang sangat mereka kasihi. 


Oh Ji Hyeok adalah seorang yatim piatu. Ayahnya meninggal sebagai korban pembunuhan, dan Oh Ji Hyeok kecil adalah satu-satunya saksi mata. Ibunya bunuh diri karena tidak tahan menanggung kesedihan. Akibat trauma masa kecilnya, Oh Ji Hyeok menderita insomnia. Oh Ji Hyeok mendapatkan warisan yang sangat besar dari pamannya. Sepupunya, Oh Jong Tae (Oh Jung Se -- yang main jadi Sang Tae oppa), sangat membencinya, karena ayahnya lebih sayang kepada Oh Ji Hyeok. Dalam penyelidikannya, Oh Ji Hyeok menemukan bahwa ternyata Oh Jong Tae terlibat dalam kasus pembunuhan tersebut. Oh Ji Hyeok digambarkan sebagai detektif yang jujur, pintar, memecahkan kasus dari segi psikologis pelakunya (profiler), dan tidak menyerah sampai dia menemukan semua jawaban atas kasus tersebut. 


Jin Seo Kyung menjadi jurnalis karena dia kagum pada Yoo Jung Seok (Ji Seung Hyun), yang menjadi atasannya di Junghan Daily. Ketika ayah Jin Seo Kyung mengalami ketidakadllan dalam suatu kasus, Yoo Jung Seok membantu dengan mengekspos kasus tersebut di media. Rupanya Yoo Jung Seok menyimpan dosa masa lalu. Jin Seo Kyung merasa sangat menyesal karena kasus Lee Dae Chul yang dibongkarnya, ternyata ikut menyeret Yoo Jung Seok. Namun Yoo Jung Seok mengingatkannya, bahwa jurnalis wajib memberitakan fakta. 


Aku jadi teringat pada drama “Don’t Dare To Dream” (2016). Hwa Sin juga dimusuhi oleh keluarganya karena membongkar kasus kriminal abangnya sendiri. Namun, prinsip Hwa Sin, jurnalis wajib memberitakan fakta, apapun risikonya. 


Duo Imut (sumber: wowkeren.com)

Satu lagi yang menarik dari drama ini adalah kisah romansa tipis-tipis antara Oh Ji Hyeok dan Jin Seo Kyung. Di awal kerjasama mereka, Oh Ji Hyeok memberikan sebuah peluit kepada Jin Seo Kyung, untuk digunakan apabila dalam bahaya. Belakangan, Jin Seo Kyung mengembalikan peluit ini, yang kemudian membuat Oh Ji Hyeok secara tersirat menyatakan perasaannya. Ceritanya sih ini cinta pertama buat Oh Ji Hyeok. Jauh dari vulgar, yang ada malu-malu imut lucu gituu…


Satu lagi yang istimewa adalah penampilan Oh Jung Se sebagai villain (penjahat). Karakter yang sangat berbeda dibandingkan tokoh Sang Tae dalam drama “It’s Okay To Not Be Okay”(2020). Dalam drama ini, karakternya digambarkan sebagai manipulator dan penjahat berdarah dingin. Dia bisa memerintahkan pembunuhan terhadap seseorang, bahkan menikam sepupunya sendiri, dengan muka tetap lempang. Menakutkan. 


Oh Jung Se tampil meyakinkan sebagai villain (sumber: A Koala's Playground)

Bagaimana nasib Lee Dae Chul? Siapakah pembunuh yang sebenarnya? Apa yang terjadi pada Kang Do Chang, Oh Ji Hyeok, dan rekan-rekannya? Berhasilkan Junghan Daily mempertahankan reputasinya sebagai media yang hanya memberitakan fakta? Dan pertanyaan yang paling penting, apakah Oh Ji Hyeok dan Jin Seo Kyung akhirnya jadian? 


Sok atuhlah langsung ditonton. Tidak usah khawatir akan penundaan, drama ini sudah lengkap penayangannya, dan enam belas episodenya sudah bisa dinikmati melalui VIU.