Tuesday, July 21, 2020

Her Private Life, My Dejavu

Seorang teman pernah bilang begini, “Gw gak ngerti ya kenapa pada suka nonton drama Korea. Ceritanya gak masuk akal. Mana ada manusia tertukar jiwanya, lalu bisa balik lagi.” Lalu si teman pun melanjutkan berbagai adegan drama tak masuk akal lainnya.


Aku punya dua hal untuk menjawab temanku ini. Pertama, itu masalah selera. Berbeda adalah hal biasa. Kedua, kisah drama pada umumnya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kisah cinta segitiga, perjuangan hidup, persaingan dunia kerja, sampai trauma masa lalu. Ketika menonton drama, kita merasa seakan-akan dejavu, kaya’ pengen bilang, “Aku tahu rasanya!!” Bikin baper.


Sayangnya, tidak seperti drama, kejadian nyata tidak selamanya berakhir bahagia, Di sini lah salah satu letak daya pikatnya. Drama seakan-akan memberikan ‘alternative ending’ pada kisah nyata tadi. 


Beberapa kali ketika menonton drama aku pun merasa dejavu. Kadang-kadang satu adegan kecil saja bisa bikin aku seketika terhenyak, dan seakan terlempar ke masa lalu. Dan ini terjadi ketika menonton drama “Her Private Life” dan kemudian drama “What’s Wrong With Secretary Kim”.


Poster "Her Private Life" dan "What's Wrong With Secretary Kim?"
(sumber: dramaslot.com)



Dalam kedua drama ini, Park Min Young menjadi pemeran utama wanita. Drama “Her Private Life” ia berpasangan dengan Kim Jae Wook, dan dalam drama “What’s Wrong With Secretary Kim” dengan Park Seo Joon. Kedua drama ini sama-sama mengisahkan hubungan asmara antara dua orang rekan sekerja. Dan bukan sekadar rekan sekerja, tapi antara atasan dengan bawahan. 


Di kedua drama ini, mereka (awalnya) merahasiakan hubungan mereka dari teman-teman sekerja di kantor, walaupun di drama "Her Private Life", mereka merahasiakannya untuk alasan yang berbeda. Bertukar pesan di depan semua orang, sehingga membuat senyum-senyum seharian. Hal ini membuatku teringat lagi pada kejadian belasan tahun lalu, ketika aku masih bekerja di Kota Bireuen untuk sebuah NGO.


NGO tempat ku bekerja tidak besar. Pada masa awal beroperasi, hanya ada 1 orang staf internasional dan 5 orang staff nasional. Seiring waktu, jumlah staf pun bertambah. Karena jumlah staf nasional tidak banyak, maka sering kali kami juga berperan sebagai penerjemah bagi para staf internasional. Aku termasuk salah seorang yang paling sering dapat tugas tambahan tadi. 


Sebut saja dia si Abang. Abang berasal dari salah satu negara balkan. Di antara semua staf internasional yang bertugas di Kota Bireuen, aku paling sering mendampingi Abang untuk menjadi telinga dan juru bicara. Di luar pekerjaan, kami sering mengobrol tentang apa saja. Aku selalu senang mendengarkan ceritanya tentang negara asalnya, tentang perang yang dulu terjadi di sana, dan perjalanan kariernya di NGO, yang berawal dari menjadi staf nasional seperti aku.  


Setelah beberapa bulan di Kota Bireuen, Abang pindah ke kantor Medan. Entah siapa yang memulai, sejak itu kami sering bertukar kabar lewat SMS, email, dan telepon. Masa itu belum ada android, belum kenal WhatsApp apalagi video call. Pembicaraan bukan hanya pekerjaan, tapi juga hal-hal kecil, remeh temeh keseharian. Kami juga sering bergosip tentang pekerjaan. Abang adalah teman bergosip yang menyenangkan haha


Setiap kali aku pulang ke Medan, maka pasti kami janjian untuk ketemu lalu ngobrol seharian. Kami sama-sama suka oldies, suka nonton film (Abang ngefans berat sama Sharon Stone) dan yang paling hakiki, we laugh at the same joke.  


Sampai suatu saat, Abang menyatakan perasaannya. Walaupun sempat bingung ( I didn’t see it coming at all -- kemungkinan karena aku yang bego aja sih.. haha) akhirnya aku menerima, karena ternyata ai juga sukaaa…hihi. Dan kami sepakat untuk merahasiakan hubungan kami. Alasan utama adalah, walaupun tidak langsung, Abang adalah atasanku. 


Sejak saat itu, komunikasi semakin intens. Setiap hari, sepanjang hari. Kalau kami kebetulan sedang ada di kantor yang sama karena pekerjaan, kami sering SMS-an dari ruangan masing-masing. Tentu saja di depan semua orang kami menjaga kelakuan supaya tidak ketahuan.


Pernah sekali hampir ketahuan. Ketika itu, sudah selesai makan malam, aku lagi pacaran via SMS sambil nonton TV dengan teman serumah, yang juga teman sekantor. Melihatku senyum-senyum terus sambil SMS-an, dia penasaran lalu merebut hp ku “Dari siapa sih??”. Jantung rasanya mau copot! Si kepo ini sempat membaca kencang-kencang dua kata pertama, sebelum aku merebut kembali hp dari tangannya. Hampir saja!


Sebenarnya buat teman-teman kantor, bukan hal yang aneh kalau aku SMS atau teleponan dengan si Abang, karena ketika Abang masih di kantor Bireuen, mereka pun sering melihat kami mengobrol lama. Mereka tahu kami dekat, tapi mereka tidak tahu sedekat apa hahaha 

 

Ada satu adegan di drama “Her Private Life” yang membuat aku dejavu. Ketika sedang piknik dengan orangtua Deok Mi, ibu Deok Mi ingin mereka berfoto bersama. Setelah selesai foto-foto berempat, ibu Deok Mi menyuruh Ryan dan Deok Mi berfoto berdua. Deok Mi langsung menolak dan hendak berjalan menjauh, namun Ryan menarik blazer Deok Mi sehingga kembali ke posisinya, yaitu di sebelah Ryan. 


Aku langsung dejavu ke kejadian serupa.


Ceritanya ini kami sudah jadian, dan Abang sedang tugas ke kantor Bireuen. Aku membantunya membalas beberapa email tentang pekerjaan. Kami menggunakan meja staff lain yang sedang ke lapangan, yang lebih besar ukurannya dari mejaku. Kami duduk bersebelahan, berbagi satu laptop, membaca email bersama, lalu Abang mendiktekan jawabannya dan aku mengetikkan. Sesekali kami berdiskusi tentang isi email, atau istilah yang digunakan. Secara kami sama-sama bukan native speaker, sesekali harus buka primbon juga. (Udah jelaslah ini emang pinter-pinteran si Abang aja buat kamuflase, padahal apa lah susahnya dia menjawab email-email itu). 


Tiba-tiba hp Abang bunyi. Ternyata dari Field Manager di Kantor Banda Aceh. Aku langsung bangun dari kursi dan beranjak menjauh. Eh… si Abang menarik bajuku, menahan aku pergi, sehingga aku mau tidak mau (tapi pasti mau) balik lagi duduk di sebelahnya, menunggu si Abang yang masih bicara ditelepon. Untung saja di sekitar kami tidak ada orang lain. Fiiuuhh!


Semua kisah ada akhirnya. Tidak seperti Ryan - Deok Mi, Young Joon - Mi So, dan sederet pasangan drama Korea lainnya, kisah kami punya akhir yang berbeda. 


Tidak bisa kubahasakan kenyamananku dengan Abang. Aku bisa bicara apa saja, membahas apa saja. Karena awalnya kami berteman, maka tidak perlu jaim-jaiman. Abang ini lucu dan romantis. Dia selalu membuat aku tertawa, selalu membuat aku merasa istimewa. So loved. Namun, aku tahu hubungan ini pasti sulit dilanjutkan, mengingat nature pekerjaan si Abang yang akan sering berpindah negara. Belum lagi urusan perbedaan suku, bangsa, ini dan itu. Waktu itu aku terlalu takut untuk berjuang. Daripada ditunda, disegerakan saja sakitnya. 


Dua tahun di Indonesia, Abang pindah ke negara lain untuk pekerjaan baru. Beberapa bulan sebelum Abang pindah, aku mengakhiri hubungan kami. 


Ketika itu Abang akan pulang ke negaranya untuk home leave selama 3 minggu. Beberapa hari sebelum Abang berangkat, aku sampaikan keinginanku untuk mengakhiri hubungan kami. Dan itu bukan kali pertama. Aku rasa akhirnya Abang bisa mengerti alasanku. Ketika pulang, Abang menjawab permintaanku itu dengan SMS yang sampai sekarang dan mungkin sampai kapanpun aku ingat. 


Abang: Can we still be friends?

Aku : Will you always love me?

Abang: Yes.

Aku: Then yes, we will always be friends.


Bodoh dan egois ya… tapi sudahlah.. Namanya juga anak muda hahaha


Setelah itu, Abang tetap mengirimkan SMS setiap hari, setidaknya mengucapkan selamat pagi. Sesekali bertelepon, dan Abang tetap jadi teman bergosip yang setia. Tidak jadi aneh, tidak jadi canggung, walaupun tentu saja tidak seintens dulu. Kadang-kadang aku kesambet entah apa, terus kumat, mancing-mancing ‘kekeruhan’. Abang akan langsung nge-cut dan tidak terpancing dengan kegilaanku.  


Sampai sekarang kami masih berteman baik. Berkirim email, mengucapkan selamat ulang tahun, mengupdate kabar tentang pekerjaan dan kehidupan. 


Tidak ada sesal, tidak ada sejuta kenapa. Bahagia walaupun tidak bersama. 


7 comments:

Rijo said...

Omg omg omg kenapalah kita berdua ada pengalaman dengan pria yang mesti dipertimbangkan suku, bangsa, dll dsb. Putusnya pun setelah terpisah jarak 😱

Rani said...

Omo! Seriously chingu? Inilah ya akhirnya, dari mantan kembali jadi teman. Aku kayaknya tak sanggup deh bila kek gini *nangis bombay

Dwi Tobing said...
This comment has been removed by the author.
Dwi Tobing said...

hehehe... kan selesainya dgn kesepakatan mb. Jd tetaplah kami berteman. Dan dia sgt menjaga, krn tau bgt aku yg paling gampang meleng dan terjerumus perasaan, jd dia yg menahan diri. Huhuhuu..

Dwi Tobing said...

hihihi makin nambah aja daptar kekembaran kita yak... 😆 ntahlah, dulu mikirnya bakal repot aja, terlalu byk faktor x y z nya. Klo skrg mgkn kuiyakan dgn serta merta hahahaha

risna said...

iahhh, episode ini kok aku baru tau sekarang? gitu ya ternyata ada episode simpanan selama ini ya drama kehidupannya, hehehe. Next kalau ada episode baru, jangan menyerah, kalau berbeda geografis ikutin saja kemana dia pergi, hehehe...

Dwi Tobing said...

@risna, hehehe... namanya "aib" ya gak usah la pala dipajang, disimpan aja di lemari baek2... dibungkus rapi, ditengok sesekali :p
hihihi... kita nantikan lah kapan ini episode baru mulai lagi... :p