Thursday, July 9, 2020

Handphone Ku Sayang

Pagi ini aku menyempatkan diri untuk menyambangi beberapa bank. Tujuan utama sih untuk mengaktifkan satu rekening yang sudah dorman. Tetapi sekalian keluar, dan bank yang kutuju juga letaknya berdekatan, ya sudah sekalian saja disambangi untuk mencetak buku tabungan. Sempat khawatir juga apakah bisa diaktifkan tidak di cabang tempat rekening dibuka. Ternyata bisa kok, modal KTP, buku tabungan, dan kartu ATM tentu saja.

Di bank pertama, aku disambut oleh satpam. Beliau memakai masker dan sarung tangan. Lalu setelah permisi, beliau mengukur suhuku. “36 derajat ya bu”, katanya. Bank tampak sepi, tidak ada nasabah yang mengantri. Hanya satu orang bapak sedang melakukan transaksi di teller. Memang lebih baik begini ya. Beberapa bulan lalu bank menutup sebagian besar kantor cabangnya dan hanya membuka kantor utama, demi menerapkan physical distancing dan bekerja dari rumah. Tapi kenyataannya, kebijakan itu malah menyebabkan antrian panjang  dan kerumunan di bank. Sering kali antrian nasabah mengular sampai keluar gedung. Dengan bank kembali mengaktifkan kantor cabangnya, justru jaga jarak lebih dapat dilaksanakan.

Anyway...

Setelah selesai berurusan di bank, aku mampir ke toko seberang yang menjual ayam dan telur. Tadi sebelum berangkat sudah cek isi kulkas. Ikan tinggal satu ekor, telur tinggal dua butir. Dari kemarin sudah berniat membeli fillet paha ayam. Harganya pasti lebih mahal daripada ayam utuh. Tetapi sudah bersih tanpa tulang, sehingga tidak ada bagian yang terbuang. Sayangnya telur omega3 sedang kosong, sehingga aku membeli telur biasa saja. Dasar impulsif, begitu lihat tumpukan sosis, jadi pengen. Tak lama aku keluar dari toko tadi sambil menenteng 1 pack fillet paha ayam, 1 kg telur curah, 1 bungkus sosis ayam CHAMP, dan ketumbar. Beda ya neng sekarang belanjaannya hahaha

Ketika itu lah aku sadari ternyata sedari tadi aku tidak membawa handphone. Walaupun bukan anak milenial, tapi aku termasuk yang sangat lekat dengan benda satu ini. Tanpa dia kurasa hampa #halah

Sampai di rumah kost, aku menemukannya terletak di atas meja. Buka WA, sudah berpuluh pesan baru di grup Drakor dan Literasi, dan beberapa grup lainnya. Ketika hendak mengunduh sebuah gambar yang dikirimkan seorang teman, ups... ditolak euy. “Udah gak ada tempat woi!”, ceunah. Ok, aku kembali ke halaman awal dan membuka folder “Gallery”. Tidak bisa diakses, karena kepenuhan. Hmm... aku kembali lagi ke aplikasi WA. Wakss... tiba-tiba gak bisa dibuka juga! Saking penuhnya, bahkan aplikasi WA pun sudah tidak bisa diakses lagi. Dan entah kenapa, tiba-tiba kartu memori tambahan pun tidak terbaca. Ottokee??

Handphone kesayanganku ini memang sudah beranjak remaja. Tahun ini dia tepat berusia lima tahun. Kisah pertemuan kami ada sejarahnya. Tahun 2015, ketika itu aku dan seorang teman menghadiri sebuah pesta pernikahan. Seperti biasa, dengan handphone mengambil foto sebanyak-banyaknya dan mengirimkan update kepada teman-teman kami yang tidak bisa hadir. Setelah selesai acara, aku kembali menyalami pengantin dan permisi pulang. Sesampai di mobil, aku baru sadar. Handphone ku mana yak? Di cari di tas, tidak ada. Aku kembali ke ruang pesta, berharap masih menemukan handphone ku. Harapan hampa.

Akhirnya aku kembali ke mobil, dan berkata pada temanku, “Handphone ku hilang.” Karena aku membutuhkan handphone ini untuk komunikasi dalam bekerja, akhirnya tidak ada pilihan harus beli yang baru. Dari tempat pesta, kami langsung menuju mall terdekat.

Memang handphone ku yang hilang itu usianya pun beranjak remaja. Aku membelinya tahun 2011. Fisiknya masih bagus, tetapi kelihatannya dia mulai lelah. Dia mulai butuh waktu lebih lama untuk menampilkan aplikasi yang kuinginkan. Tetapi karena buatku handphone adalah kebutuhan dan bukan penampilan, maka selama masih bisa berfungsi dengan baik dan benar, aku tidak merasa butuh menggantinya dengan keluaran terbaru.

Hilangnya handphone tadi mungkin sebagai pertanda dan jalan bahwa akhirnya aku harus membeli handphone baru.

Ketika itu lah aku bertemu dengan handphone yang sekarang. Samsung A5 berwarna campagne gold. Manis dan tipis. Spesifikasinya juga cukup mumpuni, sudah menggunakan android versi terbaru (saat itu), quadcore dengan RAM 2 Gb. Walaupun harganya ketika itu cukup membuat tercekat, tapi kuharapkan dengan spesifikasi itu aku dapat memakainya untuk waktu yang lama.

Namun setahun belakangan ini dia mulai sering kliyengan. Sering sekali aku menerima pesan bahwa memori nya sudah kepenuhan. Tentu saja aplikasi WA beserta simpanan foto-foto menjadi tersangka utama. Sebenarnya secara berkala foto-foto aku pindahkan ke laptop, dan aku juga menggunakan kartu memori tambahan. Aku buka “Application Manager”, ternyata aplikasi WA dan foto tidak terlalu memakan banyak memori. Terus, ini kenapa?

Ah... Kelihatannya perkembangan teknologi yang demikian pesat ini mulai mengkhianati kami. Aplikasi-aplikasi jaman sekarang termasuk updatenya kelihatannya menuntut memori lebih. Tidak hanya memori, aplikasi-aplikasi itu pun mulai pilih-pilih spesifikasi. Tidak jarang aku menerima penolakan setiap berniat mengunduh suatu aplikasi. “Device is not compatible!” Huhuhu

Pengkhianatan ini tentu saja tidak kami gubris. Akibatnya, di handphone ku hanya ada satu aplikasi ojol (karena yang satu lagi walaupun bisa diunduh, tetapi setiap kali diakses, maka akan otomatis “menutup diri”) , WhatsApp, Instagram, YouTube, dan sisanya aplikasi bawaan dari handphone.  Selama masih bisa berfungsi dan memenuhi kebutuhanku, aku tidak berniat berpaling darinya.

Namun hari ini, ketika bahkan aplikasi WA tidak bisa diakses, hati ku mulai gamang. Aku mencoba mendelete sebagian besar foto. Mulanya WA bisa diakses, tapi kemudian, penuh lagi. Bingung kan ya... apa coba yang bisa nambah dalam hitungan dua menit?

Aku masuk ke bagian “Application Manager”, lalu membersihkan data-data dari setiap aplikasi, termasuk aplikasi WA. Dengan santainya aku klik “Clear Data”. Wosaahh... tiba-tiba berkurang sampai 1 Gb lebih! Dengan sedikit deg-degan, aku coba membuka aplikasi WA. Dan tercekat ketika aplikasi itu meminta aku memasukkan nomor handphone, dan seterusnya dan seterusnya. Mau nangis rasanya, ini apa lagi siiihh... Lalu, pada layar ada pesan lagi, kira-kira artinya begini “mau dimasukin lagi gak backup data lo?” Serta merta aku memilih OK. Maka, kembalilah data yang 1Gb lebih tadi hahaha Dan mengembalikan backup itu bukan proses yang sebentar, lebih dari dua jam aku rasa. Maka habislah waktu selama beberapa jam tadi hanya untuk menghapus dan mengembalikan data yang sama. Unfaedah maksimal.

Kemudian aku memutuskan memindahkan sebanyak mungkin foto-foto.  Dan setelah mengosongkan kurang lebih 1.5 Gb, akhirnya aku bisa mengakses kembali WhatsApp dengan tenang.  Apakah ini saatnya untuk mencari handphone tambatan hati yang baru? Ah, besok saja lah itu dipikirkan. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.


No comments: