Sunday, September 13, 2020

Balada Lontong Sayur

Salah satu makanan khas Medan yang menjadi favoritku adalah lontong sayur. Sajian ini sering menjadi menu istimewa di setiap Hari Raya, baik Lebaran, maupun Natal atau Tahun Baru. Yang namanya “sajian istimewa” biasanya hanya kita temui di hari-hari tertentu. Judulnya saja istimewa. Tapi tidak halnya dengan menu yang satu ini. Di Medan, sajian lontong sayur ini biasa dinikmati sehari-hari sebagai sarapan pagi. Selain lontong sayur, lapak yang sama biasanya akan menyediakan nasi gurih dan nasi putih beserta lauknya, seperti telur balado, telur dadar, ayam dan ikan goreng. Ada juga menu khas lain, yang kalau di Jakarta biasanya jadi cemilan, tapi di Medan menjadi menu sarapan pagi, yaitu lupis dan cenil berbalur kelapa parut dan siraman gula merah yang kental, dan ketan pisang goreng. Mungkin karena orang Medan doyan sekali makan menu yang satu ini, sekarang semakin banyak pedagang makanan yang menyediakan lontong sayur dan berbagai menu sarapan tadi pada malam hari. Sebutannya, Lontong Malam. Seru gak tuh… breakfast for dinner!

Di segala penjuru kota Medan, lapak-lapak pedagang lontong sayur ini gampang kita temukan. Kalau istilah orang Medan, “berserak”. Di sekitar rumahku saja, dalam radius 200 meter, ada setidaknya tiga lapak pedagang lontong sayur. Satu di seberang Lapangan Gajah Mada, satu di Jl. Sei Mencirim, satu lagi di dalam Pasar Peringgan. Bergeser sedikit lagi, minimal ada dua lapak lontong sayur lagi yang akan kita temukan. Sebenar-benarnya “berserak”.

Yang khas dari lontong sayur ala Medan ini adalah rasanya yang begitu kaya. Biasanya menu ini terdiri dari lontong (tentu saja) yang terbuat dari beras, kuah lodeh yang bersantan, bihun goreng, teri kacang, keripik kentang, serundeng, tauco, dan kadang-kadang ditambah dengan bumbu rendang. Sering juga ditambah dengan lauk berupa telur balado, perkedel kentang, ayam goreng, atau rendang. Kolaborasi berbagai bahan tadi lah yang membuat lontong sayur Medan menjadi lebih gurih dan lebih sedap dibandingkan lontong sayur daerah lainnya. 


Ada banyak sekali lapak lontong sayur yang terkenal di Medan, dan sering menjadi rekomendasi berbagai situs kuliner. Antara lain Lontong Kak Lin (update terakhir, sejak pandemi warung ini tidak dagang lagi), Lontong Bang Iwan, dan Lontong Warintek, Semua sudah pernah kucoba. Namun yang menjadi favoritku adalah Lontong Nenek, yang lapaknya di Pasar Peringgan, Kuahnya tidak terlalu kental, campurannya tidak terlalu banyak, jadi rasanya tidak terlalu ‘heboh’ namun tetap gurih dan khas. 


Selama merantau di ibukota, praktis aku tidak pernah lagi sarapan lontong sayur. Menu ini menjadi benar-benar istimewa buatku. Selama sembilan bulan terakhir, aku menikmati menu kesukaan ini hanya tiga kali. Beberapa kali aku melihat-lihat di menu GoFood, kira-kira dimana lapak lontong sayur Medan. Ternyata letaknya jauh dari kostku, dan kalaupun ada, fotonya tidak terlihat meyakinkan. 


Hari ini, setelah kebaktian online dan beberes kamar, aku keluar rumah untuk belanja beberapa kebutuhan seperti telur, roti, dan sabun cuci piring. Rencananya juga mau singgah di apotek untuk membeli vitamin. Ketika menuju apotek, aku memperhatikan sebuah restoran kecil bernama "Food Court Benhil 701" dengan spanduk besar di depannya “MASAKAN KHAS MELAYU DELI. SEDIA LONTONG SAYUR MEDAN, NASI SOTO AYAM, LUPIS, MIE REBUS”. 


Langkahku terhenti. Dengan mata berbinar, rasanya bahagia sekali membacanya. Siapa sangka, ternyata tidak jauh dari kost, ada yang jual lontong sayur Medan. Kebetulan tadi siang aku hanya memakan beberapa potong brownies, masih terhitung sarapan. Dengan langkah semangat aku masuk ke restoran tadi untuk makan siang. Wah, mereka memang menyediakan berbagai masakan khas Medan. Sungguh ingin aku pesan semuanya! Tapi akhirnya kupilih satu menu yang memang sudah lama aku idamkan, lontong sayur.



Lontong Sayur Idaman (dok.pribadi)


Rasanya sungguh tidak mengecewakan. Benar-benar lontong sayur Medan lengkap dengan aksesorisnya. Aku menikmati suap demi suap dengan penuh penghayatan, sampai habis tak bersisa. Nikmat tak terkata. Seperti pepatah Batak, “Tombus do na mangaranto i!”

2 comments:

Risna said...

lihat gambarnya aja aku ngilerrrrr

Dwi Tobing said...

aku liat ini jadi pengen lagi... apa ntar siang ke sini aja ya... huuummmm