Saturday, September 12, 2020

Beda Tangan Beda Rasa

Dalam keluarga intiku, yaitu Papi Mami Abang Kakak Ipar dan Ponakan, hampir semua bisa masak, kecuali ponakanku. Dan di antara kami berlima, aku lah yang paling jarang memasak. Jatahku adalah mencuci piring dan wajan. Yaa, sesekali kalau para chef lagi malas masuk dapur, maka tibalah giliranku untuk memasak mie instan buat kami serumah. 

Sebagaimana keterampilan lain, memasak pun ala bisa karena biasa. Memasak merupakan olah rasa. Semakin sering kita  mempraktekkannya, semakin peka lah perasaan kita terhadap masakan tersebut. Oleh sebab itu, sering sekali resep-resep masakan, yang mana biasanya ditulis oleh orang-orang yang sering dan jago masak, takaran bahan bumbu sering memakai satuan “secukupnya” atau “sesuai selera”. 

Selama merantau ke ibukota, masakan rumah adalah satu hal yang aku paling rindukan. Ada banyak menu favoritku. Semur ayam, ikan mas arsik, daging kecap, sambel goreng ati, nasi goreng, bahkan ayam goreng masakan Mami. Ayam goreng masakan mami itu cuman dimarinasi asam dan garam, lalu digoreng. Disantap panas-panas bersama nasi putih, sambal kecap, dan telur dadar. Ohmagaaa…


Sabtu yang lalu, aku sudah belanja di tukang sayur langganan. Sehari sebelumnya aku memesan ikan nila dan ayam satu ekor. Ditambah lagi sayuran dan bumbu, maka sebenarnya kulkas penuh dengan bahan makanan. Tapi sudah seminggu ini aku hilang minat untuk memasak. Lihat kompor saja malas, apalagi membayangkan harus mengupas bawang, mencuci berbagai wajan piring dan perabotan lain, dan membuang sampahnya ke tempat sampah besar di depan kost. itu hanya demi seporsi dua porsi makanan. Jadi aku lebih memilih makan gado-gado di dekat kantor untuk makan siang, atau nungguin tukang sate atau nasi goreng buat makan malam. 


Namun hari ini, aku ‘kesambet’ jadi semangat masak. Mumpung lagi kesambet, sekalian aja lah dimasak semua ayam yang seekor itu. Biar sekalian kupas bawang dan giling bumbunya. Kebetulan aku lagi kangen sama ayam semur buatan Mami. Sebelum masak, aku menelpon Mami dulu untuk konsultasi resep dan cara memasaknya. Seperti biasa, Mami memulai tutorialnya dengan kalimat, “Gampang kali itu masaknya…. “ Ok baique.


Setelah mendapatkan resep ayam semur dari Mami, aku pun mempersiapkan bahan-bahan. Atas nasihat teman seperdrakoran ku yang bijaksana, yaitu “mumpung lagi semangat, masak aja semua ayam yang seekor itu”, aku juga berencana memasak ayam ungkep. Jadi ayam yang satu ekor itu aku bagi dua, masing-masing lima potong. Aku mulai memasak sekitar pukul satu, dan sekitar pukul tiga, semuanya sudah hampir matang. 


Ketika mencicipi semur, rasanya berbeda dengan yang kuingat. Aku pun mengadu pada Mami, “kok beda sih??” Jawab Mami, “Beda tangan ya beda rasa”. Hiks.


Ayam Semur, ditambah "lauk" telur, tahu, dan kentang (dok.pribadi)

Rebusan Ayam Ungkep (dok.pribadi)

Setelah mendingin, semur dan ayam ungkep tadi kumasukkan ke dalam wadah bertutup, lalu masuk kulkas. Besok-besok tinggal menghangatkan atau menggoreng saja.


Pertanyaan berikutnya muncul. Malam ini makan apa? Rasanya sudah ‘kenyang’ menghirup aroma semur dan bumbu ungkep seharian. Tapi kalau makan mie instan, rasanya kok “lame” banget ya…


Sambil mencuci piring dan wajan, aku mendapatkan ide ketika menyaring air rebusan ayam ungkep. Ketika kucicipi, air rebusan itu rasanya mirip kuah soto. Aku jadi ingat, aku masih punya mie raja atau ong te mie, yang dikirim Papi dari Medan. Sambil memanaskan kuah, aku bongkar kulkas, lihat sayuran mana yang sudah hampir "expired". Ternyata masih ada lettuce. Bagian luarnya sudah mulai membusuk, namun sebagian besar bagian dalamnya masih sangat bagus. Maka langsung saja kubuang bagian yang busuk, sisanya kucuci lalu dipotong-potong.


Mie Kuah Soto, Dengan Ayam, Telur, dan Potongan Lettuce (dok.pribadi)

Maka malam ini, aku makan soto mie, dengan daging ayam dan telur, dan potongan lettuce. Ketika kucoba, rasanya agak asin. Aku teringat gaya Hwang Shi Mok Geomsa di drama Stranger, yang selalu menambahkan sedikit air putih ke dalam mie kuahnya yang keasinan. Hmm... kucoba, dan ...... berhasil!! Meogja! 


2 comments:

Risna said...

Mumpung lagi kesambet masak, selesaikan saja semuanya, besok2 tinggal makan, hehehee. Sedap kok tampilannya, apalagi mie ala soto pake ayam dan telur, dah pas kali lah itu.

Dwi Tobing said...

@risna :
yoiihh... thanks for the advice, eonnie... :*
secara wajan dan segala peralatan yang turun pun udah sama banyaknya dengan motong kerbo seekor. sekalian kan aja lah...
tapi tetap aja, hari ini gk disentuh masakan kemaren, malah pergi maen terus makan lontong sayur wkwkwkwkwk