Friday, September 11, 2020

Kepemimpinan Musa (Catatan PA Immanuel Choir)

Seperti biasa, setiap Jumat kedua dan keempat setiap bulan, Immanuel Choir mengadakan PA bersama. Yang membawakan renungan kali ini adalah Bang Agus Simorangkir. Tema kali ini adalah Kepemimpinan. Dan pada PA kali ini, kami belajar tentang teladan dari kepemimpinan Musa, berdasarkan perikop Keluaran 18 : 12 - 27.


Pengangkatan hakim-hakim

18:13 Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang. 

18:14 Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?" 

18:15 Kata Musa kepada mertuanya itu: "Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk  Allah. 

18:16 Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan  dan keputusan-keputusan Allah." 

18:17 Tetapi mertua Musa menjawabnya: "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu. 

18:18 Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri  saja. 

18:19 Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah. 

18:20 Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan,  dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani,  dan pekerjaan yang harus dilakukan.   

18:21 Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut  akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap;   tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. 

18:22 Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya. 

18:23 Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas senang ke tempatnya." 

18:24 Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya. 

18:25 Dari seluruh orang Israel Musa memilih orang-orang cakap dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. 

18:26 Mereka ini mengadili di antara bangsa itu sewaktu-waktu; perkara-perkara yang sukar dihadapkan mereka kepada Musa, tetapi perkara-perkara yang kecil diadili mereka sendiri. 

18:27 Kemudian Musa membiarkan mertuanya itu pergi dan ia pulang ke negerinya. 



Musa mengalami tiga fase dalam hidupnya. Selama 40 tahun pertama, Musa adalah anak istana. Musa diselamatkan dari Sungai Nil, dan diangkat menjadi anak oleh putri Firaun. Musa dibesarkan dan mendapatkan pendidikan selayaknya seorang bangsawan Mesir. 


Kemudian Musa melarikan diri dari Mesir. Hal itu menandai awal 40 tahun kedua dari hidupnya, yaitu Musa sebagai Gembala. Selama menjadi gembala, Musa belajar kehidupan di gurun. Musa belajar menjadi gembala yang memimpin ternak, menjaga ternak dari perampok dan binatang liar. 


40 tahun ketiga adalah Musa sebagai Pemimpin. Musa kembali ke tanah Mesir, lalu bernegosiasi dengan Firaun, dan akhirnya memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah yang dijanjikan oleh Tuhan.


Dari tiga tahap tersebut, kita bisa melihat bahwa Tuhan telah mempersiapkan Musa sebagai pemimpin bahkan sejak dari dalam kandungan. Tuhan menyiapkan Musa di tempat yang “baik dan nyaman”, sehingga Musa mengecap pendidikan yang baik. Tuhan juga menyiapkan Musa di tempat yang “keras dan tidak nyaman”, sehingga Musa belajar mengenal kehidupan di luar istana, belajar menjadi gembala. 


Dari kepemimpinan Musa, kita belajar beberapa hal, antara lain:

  1. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk melihat situasi. Mampu bertindak lembut, maupun keras.  

  2. Seorang pemimpin harus membangun dan memiliki komunikasi yang intens dengan atasan dan orang-orang yang dipimpinnya. 

  3. Seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas, dan mampu menyampaikan visi itu kepada orang-orang yang dipimpinnya. 

  4. Seorang pemimpin harus menyiapkan seorang penerus untuk melanjutkan kepemimpinannya.

  5. Seorang pemimpin harus terus belajar, sehingga dia tetap memerlukan seorang “coach”, yang memberikan evaluasi kepada pemimpin tersebut, supaya ia dapat memimpin dengan lebih baik dan lebih efektif. Dalam perikop ini, Musa menerima evaluasi dari mertuanya, Yitro, yang adalah seorang imam. 

  6. Seorang pemimpin harus tetap menjaga hubungan dan komunikasi yang erat dengan Tuhan, yang telah memberikannya mandat sebagai pemimpin. Seperti Musa yang selalu berbicara dengan Tuhan, dan dengan imannya mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan.

  7. Kemampuan seorang memimpin tidak ditentukan oleh kemampuannya berbicara (public speaking), karena Musa sering sekali mengatakan bahwa ia tidak cakap dalam berbicara, lidahnya kelu. Namun yang paling utama adalah kemampuan seseorang menjaga integritasnya. Selain cakap, maka seorang pemimpin haruslah takut akan Tuhan, dapat dipercaya, dan benci terhadap suap.


Setiap orang pasti diberi karunia atau panggilan memimpin. Namun, sebagaimana halnya semua talenta yang diberikan Tuhan, kadarnya berbeda bagi setiap orang. Ada orang yang diberi panggilan untuk memimpin sepuluh orang, ada yang diberi panggilan memimpin ribuan orang, atau bahkan sebuah bangsa. Apapun talenta kita yang diberikan Tuhan dalam memimpin, kita harus melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Kita tidak perlu iri dengan orang yang mendapatkan talenta lebih banyak. Namun, apa yang dipercayakan Tuhan, itulah yang kita pertanggungjawabkan. Dan karena setiap pemimpin adalah orang-orang pilihan Tuhan, hendaklah kita selalu hormat dan menghargai pemimpin kita. 


Posisi sebagai pemimpin memungkinkan kita untuk menolong banyak orang. Tapi seringkali kita mengalami hal yang tidak enak, yaitu ketika orang yang kita bantu kemudian menganggap kita ‘angin lalu’ setelah apa yang dia butuhkan diperolehnya. Wajar bila kita kecewa atau sedih, namanya juga manusia. Namun kita harus kembalikan motivasi dan hati kita. Kita bekerja dan melayani tujuannya untuk menyenangkan hati Tuhan, mengucap syukur kepada Tuhan atas talenta dan karunia yang Dia berikan. Bukan untuk mendapatkan hormat dari manusia. Dengan kata lain, kita tidak perlu mengharapkan “terima kasih” apabila kita melakukan apa yang sudah menjadi kewajiban kita. 


Apapun yang kita alami, apapun yang dilakukan orang lain kepada kita, tetaplah kita yakin dan percaya, bahwa Tuhan akan tetap memelihara hidup kita.


No comments: