Tuesday, July 7, 2020

Asam di Gunung, Garam di Laut - Edisi Mari Memasak (Bagian 3 - fin)

Setelah berhasil belanja ikan, sayur, dan buah-buahan online, selanjutnya aku akan belanja alat masak. Semenjak tinggal di kost ini, aku sangat hati-hati membeli barang. Pengalaman ketika bekerja di Bireuen. Datang dengan dua koper, dan pulang dengan dua koper... plus satu mobil L300 penuh. Kulkas, TV, dispenser, karpet... dan entah apa lagi. Itu pun sudah sebagian diwariskan kepada teman-teman di sana. Gak lagi dah. Aku pun memutuskan untuk membeli barang yang "sungguh sungguh perlu" (kalau "perlu", semuanya juga kita perlu yeekaann). "Sungguh sungguh perlu" ini diartikan sebagai barang yang aku beli karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh yang lain. Misalnya, kukusan.

Belanja online dan belanja offline itu buatku sama saja godaannya. Karakter Gemini ya begini ini. Dua sisi yang berseberangan dalam satu pikiran. Kepribadian ganda. Kadang-kadang sangat impulsif sehingga membeli tanpa pikir panjang, tapi sering juga overthinking mempertimbangkan pilihan antara lima jenis kukusan, yang setelah berhasil memilih satu, ternyata tersedia di sepuluh jenis vendor. Aku harus ottokeee???

Akhirnya setelah lelah membrowsing tiga market place dan membandingkan entah berapa vendor, aku berhasil juga menyelesaikan transaksi. YAY!! Aku sudah mengatur jadwal pengiriman agar tiba di hari Sabtu.

Dan hari yang dinanti-nantikan itu pun tiba. Menjelang sore, pak kurir menelpon mengabarkan sudah tiba di depan rumah kost. Bahagianya... sudah terbayang ikan steam yang akan jadi santapan nanti malam.

Unboxing!

Kukusan Idaman (dok.pribadi)

Kukusan ini bukan kukusan terbaik yang ada. Kriteria ku lebih ke fungsi, bahan, dan ukurannya. Kalau sudah masuk minimum requirement, bungkus! Harganya murah meriah. Aku senang dengan tutupnya yang terbuat dari kaca, jadi bisa intip-intip makanan sudah bagaimana penampakannya. Bahannya stainless steel, agak tipis, tapi tak apalah. Kata Mami, yang penting jangan sampai gosong. Nanti pancinya bolong! Hihi

Aku langsung mengambil piring untuk mengukur. Halah... ternyata kegedean piringnya! Padahal kukusan yang kubeli ukuran 28 cm. Ya gosah nangis, neng... siapa suruh ngukur piring pakai jengkal gak pakai penggaris.

Arghh... Impian menikmati makan malam dengan menu ikan steam pun pupus sudah. Ya sudahlah. Sebagai gantinya, dengan bermodal frying pan dan mentega, aku masak ikan panggang saja. Gak tahu juga berapa lama seharusnya ikan ini dimasak, pakai feeling saja.. kalau warnanya sudah putih, kulitnya sudah kering, berarti sudah masak lah itu.. :p

Pagi ini, sudah diniatkan. Tidak bisa tidak, hari ini harus jadi nih makan ikan steam. Sepulang kerja, aku pun mampir ke pasar, membeli piring tahan panas. “Pokoknya bisa buat mengkukus ya pak...”, pesanku pada si penjual. Kami bertransaksi, dan piring pun berpindah tangan, YAY!

Sesampainya di rumah, segera aku keluarkan ikan dari freezer. Dibiarkan sampai dagingnya terasa melembut. Kemudian diberi pengalaman berupa asam dan garam. Berhubung nantinya akan di steam, aku tambahkan bawang putih dan irisan jahe. Lalu ikan kembali ke kulkas, dimarinasi sampai saat memasak nanti.

Sekitar sejam kemudian, aku mulai menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan. Langkah pertama adalah merebus air di kukusan. Sambil menunggu air mendidih, bahan-bahan pun disiapkan.

Ikan kukus atau segala masakan kukus adalah metoda memasak yang paling simple dan sehat menurutku. Tinggal potong-potong bahannya, cuci bersih, gabung dalam satu wadah, beri bumbu sesuai selera, kukus. Gampang kan? Tidak perlu pakai tameng supaya tidak terkena cipratan minyak, atau membolak balik supaya matang merata, atau diaduk-aduk supaya santan tidak pecah. Tinggal cetekin kompor, tunggu sampai matang, selesai.

Ikan kembung banjar yang tadi sudah dimarinasi aku keluarkan dari kulkas, kucuci sekali lagi (kadang-kadang bagian ini bisa di-skip juga, tergantung selera aja. Bebas!) Ikan kususun di piring tahan panas yang baru dibeli tadi sore. Piring ini sekaligus piring saji, jadi tidak perlu dipindahkan lagi. Kemudian aku tambahkan irisan jahe, bawang putih, irisan cabe rawit, tomat, dan daun bawang. Karena di kulkas masih ada tahu, aku masukkan dua tahu yang sudah dipotong kecil. Sebagai bumbu penyedap, aku tambahkan satu sendok makan kecap ikan, satu sendok makan minyak wijen, dan satu sendok makan saus tiram. Ketika air di kukusan sudah mendidih, ikan pun bisa mulai dikukus. Pasang timer 25 menit. Capcus!

Asam di gunung, garam di laut, ngumpulnya bareng ikan di kukusan (dok,pribadi)

15 menit berlalu, wanginya mulai menyeruak. Wangi yang sangat familiar, mengingatkanku pada masakan Mami di rumah. Timer berbunyi, aku segera memeriksa kondisi ikan. Dicoba dulu pakai garpu, apakah daging ikan sudah matang sempurna. Ahhh... mantap! Tampilannya persis seperti yang ku bayangkan. Lengkap dengan genangan kaldu ikan dan aroma rempah. Haduuu haduu haduuu.... ku bahagia!

Ikan Kukus - Siap santap! (dok.pribadi) 

Ku keluarkan piring dari kukusan. Sambil menunggu ikan matang, tadi aku sudah memasak rebusan labu siam, yang akan disantap dengan cocolan sambel bawang. Dan malam ini, “Dinner Mate” will be my dinner mate. Ok, semua sudah siap. Song Seung-heon oppa, meogja!

No comments:

Post a Comment