Salah satu jenis makanan favoritku adalah segala sesuatu yang berbahan dasar coklat, apalagi coklat hitam atau dark chocolate.
Aku sangat suka coklat batangan dalam segala variannya, milk, cashew, mint, chili, fruit, liquor, dan tentunya dark chocolate. Semakin tinggi persennya, semakin sedap! Eh, tidak termasuk white chocolate ya... buatku, itu bukan coklat. Warnanya aja putih... nyaru itu mah. Abangku pasti membawakanku segepok coklat setiap kali dia pulang atau berkunjung ke Bandung ketika aku masih kuliah. Joseph, teman sejurusanku, memberikan sebungkus Milo Bar, yang segede dosa itu, sebagai tanda resminya pertemanan kami. Sahabatku, Andre, memberikan aku coklat pada hari Valentine, karena katanya, “lu kan gak doyan bunga”.
Aku juga sangat suka roti dengan meses dan selai coklat. Roti sobek dari bakery favorit di Medan (masih bisa membayangkan rasa coklatnya yang lummerrr) sampai roti sobek Sari Roti. Untuk meses, pilihan favoritku adalah Ceres. Betapa bahagianya ketika Ceres mengeluarkan varian “dark chocolate”. YAY! Kalau selai coklat mah, apa aja suka. Nutella, Crumpy, Ovomaltine, Hersey’s, sampai Morin dan Mariza. Kemarin aku baru saja memesan selai coklat Negro Brand lewat sebuah akun IG jastip makanan Bandung. Beberapa teman merekomendasikan selai-selai Negro Brand ini, katanya sedap sangat. Penasaran juga pengen mencoba.
Kalau untuk minuman atau sebangsanya, aku juga sangat suka hot chocolate dan eskrim coklat. Khusus untuk coklat dalam bentuk eskrim, aku hanya suka varian dark chocolate, karena pahit coklatnya lebih nyata. Kalau hot chocolate, aku suka semuanya. Mulai dari yang instan sachetan, sampai hasil racikan gerai yang mana aja. Dulu waktu masih kuliah, sesekali pas lagi ada duit, atau pas dikunjungi ortu (baik ortu sendiri atau ortu teman hehehe) nongkrong di Cafe Oh La La demi segelas hot chocolate nya yang sedapp...
Satu lagi yang aku paling suka adalah kue coklat. Ketika masih SD sampai SMP, ketika ulang tahun masih dirayakan dengan tepuk tangan dan tiup lilin bersama keluarga besar, Ompungku selalu membelikan tart “Devil’s Cake” dari bakery favorit tadi. Itu isinya coklaaatt melulu. Semua cake nya rasa coklat, dibagi tiga layer. Setiap layer dikasih selai coklat. Dan sebagai finishing, seluruh permukaannya ditutup dengan lapisan coklat. Beneran pesta!!
Aku juga sangat suka brownies. Ketika kuliah di Bandung, aku belajar membuat brownies bersama teman-teman The Navigators. Ketika itu kami mengumpulkan dana dengan cara berjualan brownies. Hampir setiap hari membuat dan memanggang brownies untuk dagangan, akhirnya suatu hari aku dan temanku, Maria, membuat brownies untuk kami makan berdua hahaha
Keterampilan membuat brownies ini sempat kujadikan sumber penghasilan. Ketika baru lulus, sambil melamar kerja dan menunggu panggilan interview, aku berjualan brownies di warnet seorang teman. Lumayan juga, aku sampai punya pelanggan tetap. Namanya Ruth. Kata petugas warnet, Ruth bisa menghabiskan sampai enam potong brownies setiap kali ‘ngetem’ di warnet itu. Karena dapat pekerjaan di Bireuen, aku tidak lagi melanjutkan usaha brownies ku. Terakhir sekali aku ‘berdagang’ brownies adalah ketika membuatkan kue ultah untuk Angel, teman gerejaku.
Kemarin, seorang teman di WAG Stosa Girls membagikan sebuah video Tiktok tentang resep kue chocolava. Bahannya mudah di dapat, cara membuatnya pun gampang. Bahan utamanya adalah minuman instan Chocolatos. Sebagian besar bahan-bahannya sudah tersedia di kosan, kecuali gula. Boleh juga nih, buat mengisi hari libur besok.
Tadi sore sebelum pulang aku mampir ke 'indoapril' untuk membeli gula, dan sekalian mengangkut beberapa bahan untuk membuat kue lainnya, seperti soda kue, baking powder, dan fermipan. Rencananya pengen bikin martabak. Isi coklat tentu saja.
Selagi leyeh-leyeh sehabis mandi, sambil mikir menu makan malam, tiba-tiba aku terniat untuk membuat si chocolava malam ini. Langsung ke dapur, memanaskan kukusan, lalu membuat adonan. Tidak sampai sepuluh menit, adonan sudah jadi. Adonan aku tuang ke dalam cangkir keramik tahan panas, masing-masing setengah penuh. Lumayan dapat tiga cangkir. Siap untuk dikukus. Sedikit uji nyali juga eksperimen sekali ini, karena indikator tabung gas sudah mendekati angka NOL, alias sudah mau habis hihihi
Sebelum - Sesudah (dok.pribadi) |
Petunjuk pembuatan di video itu cukup jelas. Kecuali satu, yaitu durasi mengkukus. Petunjuknya cuman “tidak terlalu lama, tapi tidak terlalu sebentar”. Okeh baik!
Lalu aku mengkukus sekitar 8 menit, kok tampilannya kurang meyakinkan. Akhirnya aku lanjutkan sampai 12 menit. Aku keluarkan satu cangkir, lalu menyendok untuk mencoba. Ternyata hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Lavanya sudah matang menjadi kue. Aku langsung membuat mental note, kalau bikin ini lagi, mengkukusnya cukup 7 menit.
Chocolava with NO lava. Teksturnya sudah ok, rasanya apalagi. (dok.pribadi) |
Secara tekstur, kue nya sudah sama dengan chocolava yang pernah kucoba. Apalagi rasanya... sedap... Tidak sampai sepuluh menit, aku menuntaskan seluruh isi cangkir. It’s so sinfully yummy!
No comments:
Post a Comment