Sunday, August 2, 2020

Demi Konten!

Akhir bulan Juli kemarin, grup WA Perempuan IA-Sumut tiba-tiba lebih ramai dari biasanya. Rencananya pengurus mau bikin event zoom tentang masak-memasak untuk awal Agustus. Jadi para anggota diajak untuk mengirimkan video memasak menu favorit dengan durasi maksimum 5 menit, dengan mengusung tema “healthy and simple”. Hidangan yang mudah dibuat, bahan mudah diperoleh, dan yang terutama sehat. Hidangannya bisa berupa pembuka , utama, pencuci mulut, minuman, ataupun kudapan. Nantinya akan dihadirkan koki tamu untuk memberikan komentar pada hidangan-hidangan tersebut.


Hal ini terinspirasi dari kenyataan bahwa selama masa pandemi dan di rumah saja ini, aktifitas para ibu dan remaja putri pun putra untuk bereksperimen di dapur mengalami peningkatan yang pesat. Setidaknya ada lima orang teman dan keluarga ku yang memulai bisnis kuliner semenjak masa pandemi ini, yang awalnya berangkat dari kesukaan berkreasi dengan mencoba berbagai menu, dan mempostingnya di media sosial. Setiap hari, lini masa ku di berbagai media sosial dipenuhi foto-foto masakan karya mereka. 


Ketika seorang kakak alumni mengajak aku untuk ikut mengirimkan video, aku nanya, “Kalau french toast, masuk hidangan apa tuh? Kudapan?” Niatnya mah cuman mau meramai-ramaikan forum bahasan. Biasalah, tim hore. Dan kebetulan ketika itu aku baru membuat french toast untuk sarapan pagi. Kadang-kadang aku juga membuatnya untuk snack sore, bahkan untuk makan malam. Tergantung pengennya kapan. 


Pembahasan kami hanya sampai di situ. Besoknya, tiba-tiba nama ku sudah dimasukkan daftar untuk peserta kriteria hidangan pembuka, dengan menu french toast. Bengong dong eikeeh…. Langsung angkat suara, protes! Bukan apa-apa, malu-maluin aja menayangkan aib sendiri. Menjawab protesku, si kakak senior, yang juga bernama Dwi, menjawab santai, “Halah.. Kebanyakan mikir si Dwi ini…” #jleb


Ok baiklah! Saya ikut!


Aku ingat waktu itu tanggal 24 Juli. Batas akhir pengiriman video adalah 29 Juli. French toast itu pada dasarnya adalah roti tawar yang dibalur kocokan telur, lalu nantinya bisa dimakan bersama olesan madu, mayones, bahkan sambal botolan. Memasaknya mudah dan bahan-bahannya juga biasanya selalu tersedia di rumah. Saking mudahnya, mental cinderella yang mendarah daging ini pun berpikir, “Ah, masih ada beberapa hari. Sekalian aja video-in pas bikin sarapan.”


Sarapan demi sarapan berlalu, hingga tibalah kita di hari yang dinanti-nantikan itu, tenggat waktu Rabu tanggal 29 Juli. Cek persediaan. Susu sudah dibeli beberapa hari lalu. Telur masih ada delapan butir. Bubuk kayu manis, margarin, semua lengkap. Roti tawar tinggal empat lembar. Hm…. baiklah, kita tunggu saja abang Sari Roti yang biasanya lewat sore hari. 


Tunggu punya tunggu, si abang gak lewat-lewat juga. Mau jalan ke indoapril terdekat, sudah kesorean. Ya sudahlah, mari kita lanjutkan misi membuat video memasak ini dengan apa yang ada. Toh menunya emang mudah dan gampang. Aman lah itu. Demikian pikir ku.


Aku mulai menyiapkan bahan-bahan. Meja kerja ku kosongkan, lalu semua bahan-bahan kususun di atasnya. Kusiapkan musik sebagai background, yaitu OST Dinner Mate. Kontekstual dong! 


Ok, semua siap… bahan-bahan siap! Handphone siap! Mainkan! Begitu menekan tombol rekam, aku terdiam. Ini mau ngomong apa??? 


Ternyata, memasaknya memang gampang, sodara-sodara. Bikin konten videonya yang gak gampang! Hahahaha


Take 1. 

“Hai semua… pada kesempatan ini, saya akan membagikan resep french toast. Kita siapkan bahan-bahannya ya… Empat lembar roti tawar, lalu dua…….”


Lah, telurnya mana??? Giliiing… saking hebohnya menyiapkan bahan-bahan, lupa kalau telur masih di kulkas! Hahaha


Akhirnya setelah beberapa kali take, aku berhasil merampungkan video bagian pertama, yaitu menampilkan bahan-bahan yang akan digunakan. Aku pindah ke dapur untuk memvideokan cara memasak. Wajan datar sudah tersedia, bahan-bahan sudah, alat-alat sudah. 


Pertanyaan: Bagaimana cara merekamnya?? 


Aku tidak punya tripod, tongsis, atau sebangsanya. Akhirnya, positioning dulu. Cari entah apapun yang bisa dijadikan tumpuan, sandaran, dan penahan handphone. Botol madu, keranjang sendok, minuman sachetan, pokoknya segala yang ada diberdayakan! Lalu dikeker ke arah kompor. Aku pada dasarnya tidak suka difoto apalagi divideo, jadi cukuplah yang tampil dimaksimalkan pada bahan-bahan makanan. 


Ok… camera ready, action! 


Aku mulai proses memasak dengan memecahkan lalu mengocok telur, membubuhkan bubuk kayu manis, memanaskan wajan datar, memasukkan lembaran roti tawar ke dalam kocokan telur hingga merata, lalu memasaknya di wajan datar. Lagi seru-serunya, tiba-tiba terdengar suara “beep!” dari handphone ku. 


Ottokkeee… rekamannya otomatis mati karena memori sudah tidak cukup! Tidak ada pilihan lain, aku harus merelakan dua aplikasi dihapus sementara. 


Ketika bersiap mengulang rekaman, aku baru menyadari potensi masalah berikutnya. Rotinya cuman empat lembar, dan satu sudah dimasak. Akhirnya aku memutuskan untuk hanya menampilkan memasak dua lembar roti, tapi tetap menggunakan dua telur. Untung saja stok telur di kulkas masih cukup. 


Aku mengulang rekaman sekali lagi, dan kali ini dengan memperkecil resolusi gambar, supaya durasinya bisa lebih panjang. Ketika membuat video kedua, kembali lagi terjadi rekaman otomatis mati karena memori tidak cukup. Arrgghhh! 


Untuk mengulang lagi, tidak mungkin, rotinya habis hahahaha Aku lihat hasil rekaman pertama dan kedua tadi. Ternyata di rekaman kedua, proses memasaknya sudah lengkap. Maka kuputuskan tidak perlu mengulang, dan langsung membuat video bagian penutup saja, yaitu menampilkan hidangan french toast. Aku selesaikan memasak, dan merekam bagian terakhir.


Ternyata tidak mudah membuat video yang hanya berdurasi lima menit. Apalagi kalau harus merekam sendiri tanpa bantuan orang lain pun alat-alat memadai. Penuh perjuangan! Seluruh prosesnya sekitar satu setengah jam untuk menghasilkan lima menit. Itu belum termasuk masa menantikan abang Sari Roti lho.



Proses Memasak - Kenapa ada sumpit di situ neng?? LOL
(dok.pribadi)

Apakah masalahnya selesai sampai di sini? Tidak semudah itu, Malih!


Perjuanganku tadi menghasilkan tiga video, yaitu bagian awal menampilkan bahan, bagian tengah menampilkan proses memasak, dan bagian akhir menampilkan hasil masakan. Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana cara menyatukan ketiga video tadi? Nah lho!


Aku tidak punya aplikasi atau software apapun untuk video editing. Tanya-tanya teman dan googling, akhirnya menemukan satu software gratis untuk video editing. Segera aku unduh dan pasang di laptop. Dengan sok paten (sebetulnya karena buru-buru mengejar batas waktu penyerahan video sih), aku skip bagian tutorial, dan langsung praktek. 


Ketika melakukan proses penggabungan video, apakah yang terjadi? Laptop ku mati mendadak! Memang belakangan ini laptop ku ini sering “pingsan” di tengah jalan. Biasanya karena kepanasan, atau terlalu banyak aplikasi berat yang berjalan. Maklumlah, dia sudah beranjak dewasa. 


Aku menyalakan laptop kembali, dan memulai lagi proses video editing. Gak pakai lama, laptop ku mati lagi! Hmm…. Kemudian aku kembali menyalakan laptop, lalu membaca keterangan di website software tadi. Oh baiklah… ternyata walaupun sistem nya mumpuni, tapi RAM dan lain-lainnya tidak. 


Aku kembali meng-google software apa yang mampu dijalankan oleh laptop kesayangan ini. Setelah dapat satu software yang direkomendasikan, aku unduh dan pasang di laptop. Lebih praktis, dan tidak lama aku sudah menyatukan ketiga video tadi. Hore! 


Aku simpan hasil penggabungan video. Ternyata formatnya bukan dalam format yang umum, jadi masih harus dikonversikan ke format lain, sesuai dengan medianya. Kita bisa memilih untuk tampilan di Instagram, YouTube, atau media sosial lainnya. Aku pilih saja untuk tampilan Instagram. Proses konversi dimulai. Lima menit kemudian, laptop ku mati lagi! 


Tarik napas panjang. Ah, sudahlah… Kasihan laptop ku, dipaksa kerja berat. Nanti dia “sakit” pula, kalau sampai butuh di”opname”, aku juga yang sedih. 


Aku pun menghubungi panitia, dan bilang kalau aku sudah menyelesaikan videoku, namun kesulitan untuk menggabungkannya. Panitia meminta aku mengirimkan lewat email saja, nanti mereka yang akan memfinalkan. Lega rasanya.


Poster Event "Cook With Us" (dok, IA-ITB Sumut)


Tadi siang, event zoom “Cook With Us in Healthy and Simple Way” pun berjalan dengan baik dan lancar. Wah, video dari peserta lain keren-keren euy! Pada niat bikinnya. Beneran deh video ku agak malu-maluin hihihi Seru juga bisa ‘ketemu’ dengan teman-teman, sekaligus belajar berbagai menu yang sehat dan mudah. Lebih seru lagi karena menghadirkan bintang tamu seorang Chef yang berpengalaman. Jadi kita bisa mendapatkan saran serta tanya jawab secara langsung. Acara tadi, bersama beberapa video memasak dari para peserta, bisa dilihat di link ini.


Setelah melakukan sendiri proses membuat video memasak ini, mulai dari persiapan bahan, menyusun konten, membuat rekaman, sampai (berusaha) mengedit, semakin aku sadari betapa sulitnya menghasilkan sebuah karya. Sungguh aku kagum pada semua pekerja film, YouTuber, vlogger, dan sebangsanya. Kalian keren!

No comments: