Pertama kali aku mencicipi tongseng adalah tahun 1997 di Kota Bandung. Ada sebuah restoran bernama RM. Banyumas, yang letaknya di sudut pertemuan Jl. Dago dan Jl. Dipatiukur. Di depannya ada sebuah pangganan sate. Ketika itu kost ku terletak di Jl. Dipatiukur, jadi aku sering melewati persimpangan ini. Beberapa kali ketika melewati restoran ini, pegawainya sedang membakar sate, menebarkan aroma yang membangkitkan selera. Setelah beberapa kali kejadian, dan mumpung Mami masih di Bandung, aku pun mengajak Mami untuk makan di situ. Selain sate, mereka juga menyediakan beberapa menu lain. Tetapi yang menarik perhatian ku adalah tongseng, karena aku belum pernah mencobanya. Kami pun memesan tongseng kambing 1 porsi.
Tampak Depan RM Banyumas di Simpang Dago dulu. Sekarang sudah lebih modern. (sumber: https://id.openrice.com/) |
Hidangan di RM Banyumas, Sate dan Tongseng (sumber: https://id.foursquare.com/v/rumah-makan--banyumas/) |
Berdasarkan artikel yang kubaca di situs Kompas dan Liputan6, dipercaya bahwa daerah pertama penghasil tongseng adalah Kecamatan Klego, Boyolali, Jawa Tengah. Dari Klego, kuliner tongseng menyebar hingga seluruh Indonesia. Kisahnya, pada abad ke-18 sampai 19, banyak saudagar Timur Tengah datang berdagang di Nusantara. Kegemaran mereka adalah menyantap daging kambing, yang kemudian ditularkan ke masyarakat lokal. Mulanya adalah sate, yang terinspirasi dari kebab. Setelah daging habis diolah menjadi sate, maka bagian yang tersisa diolah menjadi gulai, yang menggunakan bumbu rempah dan santan yang kental. Pada masa itu mulai berproduksi pabrik gula pasir, gula merah, dan kecap. Hal ini memberikan inspirasi masyarakat di selatan Jawa meracik menu baru, dengan menumis kembali kuah gulai, hingga terciptalah tongseng. Penamaan tongseng diambil dari kata ‘oseng-oseng’, dimana tongseng dibuat dengan mengoseng daging yang dicampur dengan kecap, bumbu, irisan tomat, dan kubis.
Setelah banyak membandingkan resep, akhirnya aku memilih satu resep tongseng dari “jungjungan”ku dalam hal masak-memasak, yaitu reseptongseng ayam ala Mbak Endang pemilik situs Just Try and Taste. Situs ini sangat informatif, tidak hanya resep yang diberikan, tetapi langkah-langkah pembuatan, serta sering juga diselipkan tips dari mbak Endang. Setelah mencatat bahan yang dibutuhkan, hari Sabtu aku sempatkan berbelanja bahan-bahan yang dibutuhkan.
Tongseng Ayam ala JTT (sumber: Just Try & Taste) |
Sebagai mana menulis dan menonton drakor, memasak pun harus dilakukan dengan perasaan. Dengan mengikuti perasaan, maka aku memodifikasi resep dari JTT. Aku tidak menggunakan 5 rawit, tetapi cukup 2 saja. Dan ternyata itu adalah langkah yang sangat tepat. Pakai 2 rawit saja ternyata sudah jinjja pedass!
Tongseng buatanku (dok.pribadi) |
Tongseng ditambahin brokoli (dok.pribadi) |
Ketika sudah matang, sebelum menambahkan sayur-sayuran, tongseng kubagi menjadi 3 porsi. 2 porsi aku simpan untuk persediaan besok, dan 1 porsi difinalkan dengan menambahkan tomat dan daun bawang. Karena aku tidak terlalu suka kol, kuganti saja dengan letuce, yang memang masih ada stok nya di kulkas. Lebih enak pastinya. Letuce juga bisa diganti dengan brokoli lho... tidak kalah enaknya. Sebelum dicampurkan ke dalam tongseng, brokoli direbus atau dikukus dulu setengah matang.
Besok masak apa lagi ya?
2 comments:
itu resep aslinya plus tips2 darimu mending di tulis juga deh, kdg2 situs yg di refer ilang, ilanglah resepnya. btw sungguh ku rindu dengan pasar simpang dago membaca posting tongsengmu ini
oh baiklah... nanti kutambahkan Risna-un.. <3
iyaaa... bahagia kali tadi aku nemu foto RM Banyumas itu versi lama.. asli banget kaya' gitu penampilannya di tahun 97, sak bangku sama baskom nya!
kangen sama dago jaman dahulu kala...
Post a Comment